Bagi traveler pencinta batu akik atau batu alam beragam warna, coba sempatkan datang ke Chanthaburi, kota di timur pesisir Thailand. Perjalanan bisa menempuh waktu 3-4 jam dari Bangkok. βKota ini bisa menjadi alternatif perjalanan berkunjung ke Thailand selain ke Pattaya.
Chanthaburi ini dikenal sejak lama sebagai pusat perdagangan batu mulia dan penghasil berbagai jenis buah-buahan. Kota ini adalah sentra industri penambangan dan penjualan batu akik semenjak abad ke-15. Konon pada masa kerajaan King Rama V, batu akik dan aneka buah-buahan menjadi seserahan kepada kerajaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sama seperti penjual batu akik di Indonesia, penjual di Chanthaburi juga banyak yang menjejerkan batunya di pinggir-pinggir pertokoan di jalan Si Chan Road. Sepanjang jalan sekitar 500 meter, ada beberapa penjual batu mulia menjejerkan jualannya. Selain itu, ada juga yang di dalam pertokoan.
detikTravel berkunjung ke kawasan ini atas undangan Connectivity Fam Trip 2015 dari Tourism Authority of Thailand (TAT) Jakarta. Menurut βRay Indra Nugraha dari TAT, Chanthaburi memang menjadi provinsi penghasil batu mulia terkenal di Thailand. Bagi traveler pencinta batu mulia sebaiknya datang pada hari akhir pekan di hari Sabtu. Karena biasanya transaksi akan sangat ramai dan unik.
Pembeli di sini akan datang sekitar pukul 09.00-11.00 pagi. Pembeli biasanya akan menunggu dimulainya pasar kira-kira setelah makan siang. Maklum, pembelinya memang datang dari Bangkok atau provinsi lain. Sebelum bertransaksi mereka akan mencari makanan di sekitaran jalan Si Chan Road.
Yang unik, adalah bagaimana cara mereka bertransaksi. Di depan toko, ada ratusan meja dan kursi erjejer. Masing-masing meja untuk 2 kursi. Itu diperuntukkan untuk pembeli dan penjual. Jika Anda ingin membeli, biasanya akan didatangi oleh seorang broker.
Dia akan mempersilakan duduk dan menanyakan jenis batu apa saja yang ingin dibeli. Jika berminat, maka si broker akan menuliskan jenis batunya di secarcik kertas lalu disimpan di atas meja. Makanya, ketika pasar belum dimulai, meja akan dan kursi akan kosong, namun sudah ada beberapa nama berbahasa Thailand. Itu artinya, sudah ada pembeli dan jenis batu yang akan dibeli.
Ketika waktunya transaksi sudah dimulai, si pembeli akan duduk dan melihat-lihat jenis batu yang diinginkannya. Sedangkan si penjual, akan biasanya berdiri sambil memegang batu mulianya. Untuk penjual yang tidak memiliki ruko, ia bisa saja berpindah meja.
Harga batu mulia di sini pun beragam. Di Chanthaburi batu mulia dijual berdasarkan karat dan cuting, dan kesempurnaan warna. Untuk jenis ruby paling murah, ada yang dimulai dari 100 Baht perkarat (Rp 40.500).
Setelah lelah berkeliling di Si Chan Road, tidak jauh dari situ mampirlah ke Chantaburi Gem and Jewelery Museum. Di sini traveler akan diajak untuk mengetahui sejarah penambangan batu mulia di Chantaburi. Di museum ini juga disediakan teater mini untuk 20 orang pengunjung. Juga tentunya ada penjual batu mulia yang tergabung di asoasisi pedagang batu mulia Chanthaburi.
βNamun, seiring berjalannya waktu dan karena sudah sekian lama penduduk Chantaburi yang melakukan penambangan, saat ini hanya tinggal segelintir wilayah di Chanthaburi yang masih dilakukan pengerukan. Itupun hanya ada jenis blue saphire dan yellow saphire.
"Tambang di Chanthaburi masih ada, namun semakin hari semakin sedikit. Area di sini sudah banyak digali," ujar βPrakob Boonchuaysream, wakil presiden asosiasi pengusaha batu mulia di Chanthaburi saat berbincang kepada detiktravel.
(fay/fay)
Komentar Terbanyak
Wisatawan Bekasi Dicegat Akamsi Cianjur, Pemkab Jamin Wisata Aman dan Nyaman
Tak Lagi Jadi Menkeu, Sri Mulyani Sibuk Liburan ke Yogya
Wisatawan Bekasi Dicegat Akamsi Cianjur, Polisi Mediasi