Tedjo Iskandar, pengamat dunia pariwisata dan juga tour leader berpengalaman, urun pendapat mengenai dunia pariwisata di kawasan Indonesia Timur. Menurutnya, Indonesia Timur punya banyak potensi pariwisata yang mampu mendatangkan jutaaan wisman. Namun, perlu adanya perbaikan setidaknya di 3 sektor, yaitu aksesibilitas, SDM, serta trasportasi lokal.
"Pariwisata Indonesia Timur harusnya berkembang. Destinasi prioritas Bali Baru kan ada di sana (Morotai-red). Tapi aksesibilitas harus diperbaiki, aksesnya ke sana kan belum terlalu banyak. Jadinya biaya akan mahal," ujar Tedjo saat dihubungi detikTravel, Kamis (23/2/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Transportasi darat harus diperbaiki. Turis pasti malas kalau jalannya rusak, berlubang-lubang seperti itu," imbuhnya.
Tak kalah pentingnya lagi, SDM alias Sumber Daya Manusia pariwisata di kawasan Indonesia Timur juga harus lebih ditingkatkan lagi kualitasnya. Karena bicara soal pariwisata, berarti bicara juga soal hospitality, dan juga pelayanan kepada para wisatawan yang datang.
"Masalah SDM ini juga harus bener-bener digojlok lagi. Harus ada banyak pelatihan. Mereka harus mengerti hospitality itu apa. Harus sering tersenyum, menyapa, dan juga profesional. Personality-nya juga harus diperhatikan, tutur kata, bahasa yang baik, menguasai materi guiding. Itu sudah jadi SOP-nya," ungkap Tedjo.
Setelah aspek-aspek itu dibenahi, bukan tidak mungkin wisatawan akan datang dengan sendirinya berwisata ke kawasan Indonesia Timur. Pasar wisman ke Indonesia Timur masih sangat terbuka lebar. Apalagi buat turis-turis yang suka dengan petualangan.
"Turis-turis yang adventure suka banget kalau ke Indonesia Timur. Kalau turis shopaholic yang metropolis, atau ibu-ibu yang suka belanja, pasti mikir-mikir ke sana. Pasarnya masih bagus, teman saya yang dari Flores paketnya habis terjual di travel mart," imbuh Tedjo.
Oleh karena itu, promosi yang tepat juga perlu untuk dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini dipegang oleh Kementerian Pariwisata. Menurut Tedjo, selain gencar berpromosi ke Mancanegara, pasar domestik juga tidak boleh diabaikan.
Tedjo memperhatikan, trennya sekarang ini sudah mulai bergeser. Turis-turis korporasi mulai banyak yang menggeser lokasi acara MICE perusahaan mereka ke kawasan timur Indonesia. Labuan Bajo jadi salah satu lokasi pilihan favorit mereka.
"Turis-turis korporasi sekarang ini banyak yang MICE ke Indonesia Timur. Lokasi meetingnya dipindahkan ke Labuan Bajo. Meetingnya di situ, habis meeting bisa foto dengan Komodo. Ini kan bagus, jadi mulai banyak hotel-hotel baru," kata Tedjo.
Turis-turis domestik dari kalangan korporat ini, disebut Tedjo tak segan-segan mengeluarkan Rp 15 sampai 20 juta untuk bisa berlibur ke kawasan timur Indonesia, sebut saja Raja Ampat dan juga sekitarnya. Meski jumlahnya tidak banyak, tidak sampai ribuan orang, tetapi promosi ke kalangan ini tetap harus ditingkatkan.
Terakhir, Tedjo menyebut di kawasan Indonesia Timur harus ada juga perbaikan dari segi birokrasi. Sudah saatnya birokrasi tidak mempersulit pelaku usaha, melainkan harus dipermudah. Ini juga dalam rangka untuk membantu pemerintah mencapai target 20 Juta wisman di tahun 2019.
"Birokrasinya harus dipermudah lah. Jangan dipersulit," tutup Tedjo. (bnl/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum