"Pertama bukit karst itu hilang (diratakan dengan tanah) artinya kan fungsi masuknya air saat musim hujan hilang," kata Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Yogyakarta Halik Sandera saat dihubungi detikTravel, Senin (10/9/2018).
Halik menuturkan, apabila resapan air hujan terganggu maka akan memunculkan genangan di kawasan karst. Ketika turun hujan dengan intensitas tinggi, lanjutnya, maka sangat mungkin terjadi banjir besar di kawasan lindung tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BACA JUGA: Bayangkan Kalau Gua-gua di Gunungkidul Isinya Kotoran Ayam?
Memang pada November 2017 sebagian wilayah di Gunungkidul termasuk di Semanu dilanda banjir besar. Peristiwa tersebut mengagetkan banyak pihak, karena karakteristik wilayah Gunungkidul yang merupakan perbukitan karst.
Pembangunan peternakan ayamnya (Istimewa/Cahyo) |
Menurut Halik, potensi banjir besar besar masih menghantui wilayah Gunungkidul. Terlebih apabila bukit-bukit karst di kawasan Geopark Gunung Sewu terus diratakan dengan tanah. Seperti dalam kasus dibangunnya peternakan ayam di Desa Pacarejo, Semanu.
"Dengan hilangnya bukit-bukit (karst), artinya ada potensi terjadinya banjir kembali terjadi di Gunungkidul," pungkas Halik.
Ini video Peternakan Ayam di Geopark Gunung Sewu Jadi Polemik (aff/aff)












































Pembangunan peternakan ayamnya (Istimewa/Cahyo)
Komentar Terbanyak
Foto Tumpukan Kayu Gelondongan di Pantai Padang dan Danau Singkarak
Hutan Sumatera Dicap 'Merah' UNESCO, Kerusakan Lingkungan Mencemaskan
Banjir Besar, KLH Bakal Tinjau Ulang Izin 8 Perusahaan di Aceh-Sumut-Sumbar