Baru-baru ini, polemik penutupan Pulau Komodo di Taman Nasional Komodo, NTT sudah selesai. Pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHLK) menegaskan tidak menutup Pulau Komodo, melainkan menatanya lebih maksimal.
"Yang akan dilakukan ialah penataan dalam kewenangan konkuren, bersama antara pemerintah/KLHK dan Pemda NTT. Tujuannya untuk kepastian usaha, livelihood masyarakat, konservasi satwa komodo, world class wisata serta investasi," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya kepada detikcom, Senin (30/9) kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam catatan detikcom, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengungkap lebih jauh jauh terkait wacana lain seputar Pulau Komodo. Dia berujar, Pulau Komodo akan dibuat eksklusif dan ini berimbas pada kenaikan tarif masuk.
"Pulau Komodo itu tidak ditutup, kita mau kelola dengan baik, (pulau) yang lain kita atur dan tata jadi wisata eksklusif. Yang penting Komodo kita atur terlindungi," kata Luhut.
Luhut menjelaskan, dengan konsep eksklusif nantinya harga tiket masuk ke Pulau Komodo seharga Rp 14 juta per orang dalam bentuk membership tahunan yang bersifat premium. Sehingga hanya orang-orang khusus saja yang bisa berkunjung ke sana.
BACA JUGA: Pulau Komodo Dibuat Eksklusif, Tiket Masuknya Rp 14 Juta
Luhut mengatakan nantinya pengelola diminta menyiapkan 50 ribu tiket seharga USD 1.000 atau setara dengan Rp 14 juta (dalam kurs Rp 14 ribu) untuk membership premium tersebut. Maka nantinya akan ada USD 50 juta dolar untuk mengelola Pulau Komodo agar tetap jadi situs warisan dunia.
"Perusahaan A dari filontropis misalnya beli tiketnya USD 1.000, kita siapkan 50.000, itu USD 50 juta dolar sudah bisa pemeliharaan Pulau Komodo tetap jadi world heritage," ucap Luhut.
Luhut menyatakan dirinya sudah mulai menemui beberapa pihak yang tertarik di Amerika. Dia bilang organisasi yang berminat sudah punya pengalaman mengelola taman-taman nasional di Afrika.
![]() |
Terakhir, Luhut mengatakan alasan Pulau Komodo dibuat eksklusif, menurutnya Komodo merupakan warisan dunia yang nilainya tinggi. Untuk itu bagi yang mau berkunjung, kenapa tidak dibebani biaya mahal karena yang dilihatnya adalah sesuatu yang luar biasa.
"Jadi rupanya kita punya 5 world heritage yang tertinggi, salah satunya itu Komodo. Orang-orang yang mau datang mau lihat sesuatu yang luar biasa dia harus mau bayar mahal, untuk memelihara lingkungannya," kata Luhut.
Namun bagi pengunjung yang tidak memiliki kartu premium, akan diarahkan ke lokasi lain yang ada hewan Komodo juga.
(Halaman selanjutnya, wacana lama soal tiket masuk Taman Nasional Komodo)
Wacana Lama Muncul Kembali
Foto: Komodo di Pulau Komodo (Afif/detikTravel)
|
Dalam catatan detikcom, pada tanggal 1 Desember 2018 lalu di Labuan Bajo, Maggarai Barat, Gubernur NTT Viktor Laiskodat pertama kali mengungkapkan hal tersebut. Harga tiket masuk ke Taman Nasional (TN) Komodo naik berkali-kali lipat.
"Masuk ke TN Komodo untuk wisatawan asing 500 USD, lokal 100 USD," katanya.
Kalau dirupiahkan dengan kurs 1 USD setara Rp 14.121, maka wisatawan asing dipatok seharga Rp 7 juta, wisatawan lokal seharga Rp 1,4 juta.
BACA JUGA: Polemik Turis Bayar USD 500 Buat Lihat Komodo
Hal tersebut malah sudah mengundang polemik. Pro dan kontra terjadi, banyak yang menilai harga segitu wajar. Namun di lain sisi, lebih banyak yang tidak setuju karena dirasa terlalu mahal.
BACA JUGA: Pengamat Pariwisata: Tiket Masuk USD 500 ke Komodo Tak Masuk Akal
Ketika isu ini sudah berhembus kencang, detikcom sempat bertanya pendapat Menteri Pariwisata Arief Yahya pada Rabu (5/12/2018). Arief berujar, keputusan tiket pesawat dan perihal lainnya mengenai taman nasional ada pada kewenangan KLHK.
"Haknya ada di KLHK. Jadi KLHK yang akan berikan konfirmasi yang saya inginkan tidak akan ada kenaikan untuk tahun 2019. Itu akan membuat industri tidak gaduh," papar Arief.
BACA JUGA: Isu Tiket Masuk Komodo USD 500 Buat Turis, Ini Kata Menpar
Halaman 2 dari 2
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol