Nasib Membaik di Haiti
Setelah ditolak di Jamaika, mereka melanjutkan perjalanan ke Bahama. Mereka berlayar dengan kondisi tidak ada angin yang bertiup. Membuat mereka terkatung-katung di lautan. Perbekalan pun mulai menipis dan habis.
Di tengah rasa putus asa, mereka akhirnya berlayar ke Haiti. Meski tanpa tahu apa yang akan terjadi nanti, bisa saja mereka ditolak lagi. Tapi mereka tetap berangkat.
Ternyata di Haiti, mereka disambut ramah oleh penduduk lokal. Di tempat itu, tidak ada kasus Corona. Di sana mereka sempat menukarkan uang dan mengisi perbekalan.
"Ternyata tempat itu jadi tempat terbaik untuk mengisi ulang perbekalan selama perjalanan kami," kata Colin.
Beberapa pekan kemudian, akhirnya Colin dan teman-teman sampai juga di Guadeloupe. Mereka diizinkan untuk bersandar dan beristirahat di daratan setelah lebih dari 2 bulan berada di laut.
Colin dan teman-temannya pun mendapat pelajaran berharga dari perjalanan berlayar mereka selama 73 hari di lautan.
"Berlayar itu seperti isolasi mandiri, saat ini berlayar adalah tempat terbaik bagi kami," pungkas Colin.
(wsw/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan