Wisata Nepal yang 'Berdarah-darah'

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Wisata Nepal yang 'Berdarah-darah'

Bonauli - detikTravel
Minggu, 12 Jul 2020 22:16 WIB
Gunung Annapurna
Gunung Annapurna (Getty Images/iStockphoto)
Kathmandu - Kondisi negara Nepal sama seperti negara-negara lain. Karena Corona, pariwisata terhenti dan Gunung Annapurna tak bisa didaki.

Maret lalu Nepal resmi mengambil langkah lockdown. Gerak pariwisata terhenti, jalur-jalur pendakian sunyi. Imbasnya, warga yang hidup dari sektor ini harus menepi.

Industri Pariwisata Nepal diperkirakan kehilangan 34 miliar Rupee Nepal atau sekitar USD 282 juta. Jika dipersempit, tiap bulannya Nepal harus rela untuk kehilangan USD 83 juta. "Kerugian ini diperkirakan akan melewati USD 332 juta hingga 21 Juli, perpanjangan batas waktu lockdown," ujar Kementerian Nepal.

Angka ini sudah diperkirakan oleh Satuan Tugas yang dibentuk Badan Pariwisata Nepal, Badan Promosi Utama Nepal dan Otoritas Penerbangan Sipil Nepal. Hal ini dihitung dari penutupan sektor perhotelan, perjalanan dan penerbangan.



Namun ada wacana pelonggaran penguncian wilayah pada tanggal 10 Juni. Sebagian besar kegiatan ekonomi diminta untuk bersiap. Sayangnya sektor perhotelan dan penerbangan tak masuk dalam daftar.

Saking 'berdarah-darahnya', sebuah delegasi pengusaha pariwisata di Nepal mengajukan memorandum kepada Menteri Pariwisata Nepal, Yogesh Bhattarai untuk membuka kembali sektor pariwisata.

Tak cuma itu, pengusaha pariwisata juga menuntut agar Pemerintah Nepal mengizinkan pengoperasian kendaraan wisata, membuang sampah dari gunung dan melakukan pembangunan infrastruktur di tempat-tempat wisata. Khususnya di area tanpa pemukiman.

Isi memorandum itu juga menyangkut soal izin operasi untuk maskapai penerbangan. Penerbangan domestik dan internasional didesak untuk dibuka dengan syarat protokol kesehatan.

"Setidaknya kami menginginkan kepastian kapan sektor ini akan dibuka kembali, sehingga kami bisa merencanakan masa depan," ujar Binayak Shah, Wakil Presiden Asosiasi Hotel Nepal. Latar belakangnya sudah jelas, makin ke sini banyak wisatawan yang sudah mulai melakukan pemesanan online untuk hotel, trekking dan mendaki gunung. "Kami juga harus membayar staf di tengah penutupan ini," tambahnya memelas.




(bnl/ddn)

Hide Ads