Bali Diincar Para Digital Nomad

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bali Diincar Para Digital Nomad

Syanti Mustika - detikTravel
Sabtu, 12 Sep 2020 05:02 WIB
Desa Wisata Panglipuran Bali
Ilustrasi Bali (shutterstock)
Jakarta -

Zaman yang serba digital membuka peluang bagi para digital nomad untuk bertandang kemanapun, tapi dalam status pekerja. Bali menjadi incaran mereka.

Seperti yang ditulis oleh Lonely Planet, Sabtu (11/9/2020) para digital nomad mengincar Bali sebagai tempat tujuan mereka. Mereka pun berusaha mewujudkannya dengan membuat sebuah petisi dan dipertimbangkan oleh Indonesia.

"Kami membuat petisi untuk visa nomad digital untuk diberikan kepada Joko Widodo, Presiden Indonesia," kata Olumide Gbenro, pendiri agensi pemasaran media sosial yang beroperasi secara jarak jauh dari Bali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Petisi tersebut kini telah ditandatangani oleh lebih dari 2.000 digital nomad dan sudah memiliki cukup kekuatan untuk diterima untuk ditinjau oleh Kementerian Sekretariat Negara Indonesia.

"Kami telah bekerja keras dengan berbagai pihak yang mencakup mitra publik dan swasta. Fokus utamanya adalah mendorong petisi itu mencapai 10 ribu tanda tangan. Obrolan sosial cenderung menggerakkan jarum lebih dari apapun di Indonesia," ujar Olumide.

ADVERTISEMENT
Desa Wisata Panglipuran Bali Desa Wisata Panglipuran Bali (Foto: shutterstock)

Visa digital nomad memang sedang populer di negara-negara Eropa. Mereka menawarkan bagi para pekerja jarak jauh untuk stay lebih lama di negara mereka demi keberlanjutan ekonomi warga setempat dalam waktu jangka panjang. Harapan ini jugalah yang diinginkan para digital nomad kw Indonesia, terutama bisa stay lebih lama di Bali. Mereka sedang memperjuangkan hal ini supaya jadi pertimbangan bagi Indonesia.

Bersama para digital nomad, pengacara, dan dosen universitas, Olumide telah mengadakan pertemuan sementara dengan menteri dan membahas manfaat dari visa ini. Dia menjelaskan bahwa visa ini memungkinkan orang asing bekerja saat liburan. Mereka mendorong visa jangka panjang dengan minimal tinggal 1 tahun.

Sebenarnya, Indonesia, khususnya Bali, telah lama menjadi sasaran populer tinggal bagi para pekerja nomad. Namun mereka tidak bersahabat dengan kebijakan visa di Indonesia yang hanya bisa berlaku 30- 60 hari saja.

Seperti pengalaman Janet Newenham. Dia pendiri blog perjalanan Journalist on the Run yang pernah tinggal di Bali selama empat tahun terakhir. Janet memberi tahu Lonely Planet apa yang membuatnya tertarik untuk tinggal di Bali sebagai pengembara digital.

"Menurut saya kualitas hidup di Bali tidak ada bandingannya dengan tempat lain. Anda bisa mendapatkan vila dengan kolam renang, menyewa sepeda motor dan makan di luar setiap hari dengan harga lebih murah daripada biaya apartemen saya di Dublin. Juga kafe yang menawarkan Wi-Fi cepat dan ruang kerja bersama yang banyak ditemukan di seluruh pulau, terutama di Canggu dan Ubud," kata Janet.

Janet pun mengatakan bahwa kebijakan visa Indonesia saat ini secara langsung mempengaruhi keputusannya untuk pergi ketika pandemi melanda.

"Visa saya ditetapkan untuk kedaluwarsa dan pada saat itu saya tidak berpikir saya akan dapat memperbaruinya, jadi saya harus terbang pulang dalam waktu 3 hari. Penerbangan saya sangat mahal dan itu sangat menegangkan karena tidak tahu kapan saya bisa kembali," dia menambahkan.

Tegallalang Rice TerraceTegallalang Rice Terrace Foto: Yulius Dimas Wisnu/detikcom

Sisi untung dari adanya digital nomad juga dimanfaatkan oleh Wahyu Taufiq, seorang advokat lokal yang bekerja dengan Olumide dalam proyek tersebut. Wahyu mendirikan DIYacademy.org untuk memberikan kesempatan kepada pelajar Indonesia mempelajari keterampilan digital seperti desain grafis atau pengembangan perangkat lunak dari digital nomads yang tinggal di Bali.

Kepada Lonely Planet Wahyu menjelaskan bagaimana visa kerja jarak jauh dapat bermanfaat baik bagi orang asing maupun penduduk lokal. Dia ingin melihat Bali menyadari potensinya sebagai hub digital, sebuah langkah yang dapat membantu pulau tersebut untuk melakukan diversifikasi jauh dari sektor pariwisata, yang semuanya ditutup oleh COVID-19.

"Harus ada jalan tengah di mana digital nomads bisa secara legal berkontribusi pada ekonomi lokal. Kami berharap dengan adanya visa ini, bisa mendatangkan lebih banyak talenta dan keterampilan dari seluruh dunia, untuk meningkatkan ekonomi kreatif dan digital daripada terlalu mengandalkan pariwisata," kata dia.

Bagaimana menurut traveler?




(sym/fem)

Hide Ads