Isu vaksin COVID-19 dari hiu sudah meluas sampai ke telinga peneliti. Peneliti hiu keras menolak wacana ini.
"Saya setuju hiu tidak digunakan dalam pembuatan vaksin, karena hiu memiliki peran penting pada ekosistem biota laut," ujar peneliti hiu dan pari Badan Riset Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP), Dharmadi.
Dharmadi mengatakan bahwa jika hiu diburu secara besar-besaran dan tidak terkontrol sangat berbahaya. Ini bahkan bisa berdampak luas dari ke sisi ekonomi masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya menduga bukan hati hiu sasarannya, tapi juga sirip dan bagian tubuh lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Misalnya tulang, kulit dan gigi," jelasnya.
Ini jelas menjadi kekhawatiran. Vaksin rencananya dibuat dari squalene yang didapat dari minyak hati ikan hiu. Ternyata tak semua hati hiu memiliki zat ini.
"Squalene umumnya diambil dari hati kelompok hiu botol yang habitatnya dasar perairan. Kemungkinan hiu lain juga mengandung squalene, namun ini harus dibuktikan secara laboratorium," ungkapnya.
Di Indonesia, hiu botol menjadi target tangkapan nelayan di beberapa wilayah. Sementara Indonesia merupakan penghasil hiu terbesar dari 20 negara.
Saat ini pendataan tentang populasi hiu secara global belum ada, namun yang pasti makin terus menurun. Apalagi hiu adalah satwa yang soliter dan predator sejak dalam kandungan.
"Jumlah anakan yang dihasilkan sedikit antara 1-4 ekor saja. Tergantung jenisnya, reproduksi lama, pertumbuhan lambat dan faktor umur menjadi penentu dari populasi hiu," tambahnya.
Menurut wacana tersebut untuk vaksin Corona dibutuhkan 250 ribu hati hiu. Ini baru akan menghasilkan satu vaksin untuk satu orang. Kalau satu orang butuh dua vaksin, maka tumbalnya setengah juta ekor hiu.
(bnl/ddn)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?
Foto: Aksi Wulan Guritno Main Jetski di Danau Toba