Labuan Bajo mengembangkan desa agrowisata. Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) Shana Fatina mengajak lembaga terkait belajar ke Magelang.
Salah satu rencana pengembangan desa agrowisata di Labuan Bajo adalah soal kopi. Itu meliputi peningkatan produktivitas olahan kopi, atraksi agrowisata, dan pengembangan desa wisata.
"Kami sedang mengembangkan desa agrowisata kopi di Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur. BOPLBF bersinergi dengan pemerintah daerah, asosiasi petani kopi, dan para pemangku kepentingan di sektor agrowisata untuk menciptakan sumber daya andal," kata Shana melalui keterangan tertulis pada Jumat (26/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mendongkrak kualitas SDM-nya, BOPLBF mengadakan benchmarking ke sejumlah kota di Pulau Jawa, di antaranya Magelang, Jawa Tengah. Sejumlah lembaga yang diajak untuk belajar ke Magelang di antaranya Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur, Asosiasi Petani Kopi Jahe Manggarai (APEKAM), dan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG).
Shana bilang para peserta berkunjung ke MesaStila Resort yang berlokasi di kawasan kebun kopi seluas 22 hektare. MesaStila, yang kini dikenal sebagai kebun kopi Karangrejo, beroperasi sejak tahun 1920. Pemiliknya Gustav van Der Swaan, seorang Indonesia keturunan Belanda.
Di kebun kopi Karangrejo ditanami empat jenis kopi, yaitu robusta, arabika, liberica/exelsa, dan Jawa, yang dipanen setahun sekali.
Selain Magelang, para peserta juga akan mengunjungi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Banyuwangi (Jawa Timur), dan Jember (Jawa Timur).
"Kami melakukan benchmarking ke Magelang, Yogyakarta, Banyuwangi, dan Jember. Diharapkan kegiatan ini menjadi titik awal pengembangan desa wisata, khususnya agrowisata kopi sehingga nantinya akan tercipta pengembangan produk olahan kopi dan atraksi dari agrowisatanya," kata Shana.
Dikatakan, saat ini BOPLBF sedang mempersiapkan pengembangan desa wisata di segementasi agrowisata kopi, di mana SDM yang ada dapat menjalankan fungsi koordinasi, pemasaran, promosi, dan pengaturan harga, dan penyediaan informasi.
"Operasionalnya, kami serahkan kepada masyarakat setempat," kata Shana.
Ia berharap melalui program benchmarking, para peserta dapat menimba ilmu sebanyak-banyaknya dan menerapkannya di desa wisata masing-masing.
"Kita sama-sama belajar, baik melalui pemaparan maupun diskusi. Kami berharap materi yang telah disajikan dapat menjadi ilmu pengetahuan yang berharga untuk diterapkan dalam mengembangkan agrowisata kopi di Labuan Bajo, Flores," kata Shana.
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan