Program Work From Bali dianggap tak efektif oleh sebagian orang. Beragam alasan dikemukakan, salah satunya adalah membahayakan kesehatan.
Isu ini dikemukakan dalam sesi tanya jawab temu wartawan mingguan Kemenparekraf, Senin (7/6/2021). Yakni, ada beberapa suara dari pelaku wisata di Bali yang mengatakan Work from Bali tidak efektif, karena tidak mampu memulihkan sektor pariwisata secara keseluruhan.
Justru yang mereka inginkan adalah vaksinasi massal digenjot lebih lagi. Karena realisasinya baru 4,9%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi ASN, WFB dianggap mendatangkan risiko bagi mereka. Ada 25 kementerian/lembaga yang diantara anggotanya menyatakan program itu membahayakan mereka dari sisi kesehatan kalau tidak siap.
Lalu bagaimana isu-isu ini dijawab oleh Menparekraf Sandiaga Uno?
"Kami terima masukan dari pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali juga nusantara. Pasti setiap kebijakan ada pro dan kontra dan itu kita hargai juga apresiasi," terang dia.
"Kami bergerak dengan data. Jadi kita nggak bisa hanya dengan katanya-katanya pendapat," imbuh Sandi.
Berdasar data, kata Sandi, semenjak Kemenparekraf melakukan WFB di kuartal pertama bulan Januari, sudah ada 2.500 kunjungan wisnus yang masuk ke Ngurah Rai. Per hari ini ada 7.500.
"Jadi ada tiga kali lipat meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara. Tingkat keterhunian hotel belum meningkat. Karena memang kontraksinya sangat dalam," urai dia.
Baca juga: Nusa Dua Dipilih Jadi Tempat Work From Bali |
Untuk isu vaksinasi, Sandi mengatakan sangat setuju sekali. Ia menyebut program vaksinasi ini harus digenjot.
"Bali ini adalah provinsi prioritas yang kita canangkan harus divaksinasi untuk menyambut pembukaan Bali," tegas dia.
"Targetnya enam juta vaksin yang didistribusikan, jadi ada tiga juta pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif juga masyarakat Bali yang divaksin. Per hari ini progresnya sudah on target," imbuh dia.
"Memang menuju Juli-Agustus itu masih ada kebutuhan vaksin lagi dan ini akan digenjot dan itu akan menjadi prioritas kita," kata dia lagi.
Selanjutnya, Sandi mengatakan agar para ASN tak perlu ragu dengan program WFB. Karena, mereka akan menjadi contoh kedisiplinan saat bekerja di sana.
"Jadi jangan khawatir temen-temen, vaksinasi-protokol kesehatan itu akan kita tingkatkan. Justru kehadiran ASN ini meningkatkan kedisiplinan dari seluruh pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali," terang dia.
Realisasi Work From Bali oleh swasta
WFB masih dalam tahap finalisasi. Pemerintah lalu mendapat pertanyaan apakah sudahkah mendekati start-up atau perusahaan untuk pelaksanaan digital nomad itu.
"Target WFB ini adalah kuartal ketiga dan menyesuaikan situasi Covid-19 dan masing-masing K/L. Update dari gubernur BI bahwa mulai Juli lembaga itu dapat secara bertahap melakukan di dewan gubernur dan beberapa biro yang bisa melakukan kegiatan dari Bali," terang Sandi.
Meski sudah ada beberapa kementerian/lembaga yang sudah pasti bisa melaksanakan WFB, Sandi mengatakan jumlah anggotanya masih terlalu sedikit. Ia ingin bahwa pihak pemerintah hanya sebagai pemicu.
"Demikian juga dari OJK dan beberapa kementerian di bawah Kemenko Marves. Tapi kementerian maupun lembaga itu hanya sedikit sekali dibanding dengan potensi dunia, profesional, nomad-nomad yang lain," kata Sandi.
"Jadi kami berharap bahwa pemerintah itu hanya sebagai pemicu. Tapi ini akan diikuti oleh usaha-usaha besar. Kalau kita lihat mereka punya potensi untuk Work From Bali," imbuh dia.
Untuk perusahaan besar lokal, Sandi berharap mereka dapat berpartisipasi di program pemerintah ini. Hingga kini, pihaknya terus berkomunikasi agar karyawannya bisa bekerja dari Bali.
"Unicorn misalnya, sebut saja lima di Indonesia. Ini semua secara rutin berkomunikasi dengan saya, baik dari Gojek, Tokopedia, Grab Indonesia, maupun dari Traveloka dan tech company besar juga yang tercatat di bursa. Juga perusahaan besar yang memiliki kemampuan untuk menerapkan WFB," terang Sandi.
"Ini dampaknya jauh akan lebih besar. Di samping itu juga UMKM atau start-up yang bergantung dengan teknologi ini juga bisa melakukan WFB," ujar dia.
Sandi menyebut ekosistem perusahaan juga bisa berkembang di Bali, seperti start-up ekosistem bukan Silicon Valley lagi tapi menjadi Silicon Bali.
"Tingkat keterisian hotel masih rendah antara 10-15%, ini bleeding semua hotel dan usaha di Bali. Work From Bali diharap jadi break event antara 30-40% mungkin," harap dia.
(msl/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum