Jepang kembali bikin inovasi. Kali ini, sashimi ayam dari vending machine.
Tori sashi atau sashimi ayam, yang merupakan salah makanan khas di Prefektur Kagoshima, biasanya dinikmati sebagai makanan rumahan atau restoran. Tapi, kini publik bisa mendapatkannya lewat vending machine atau mesin penjual otomatis.
Sashimi ayam biasanya dibuat dari bagian paha atau dada ayang dengan disajikan bersama parutan jahe dan bawang putih, kemudian dicelupkan ke dalam kecap manis khas wilayah Kyushu di Jepang barat daya. Kadang disajikan secara mentah atau dipanggang sejenak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak jelas kapan orang mulai makan sashimi ayam. Namun, hidangan ayam telah menjadi bagian dari menu lokal sejak zaman kuno.
Pada zaman Edo (1603-1867), klan Satsuma yang menguasai wilayah Kagoshima aktif terlibat dalam sabung ayam, dan konon ayam jantan yang kalah disembelih dan dimakan.
Ayam juga dipelihara di rumah, dan catatan resmi prefektur tentang sejarah peternakan unggas menyebutkan bahwa pada zaman Edo.
Biasanya yam disiapkan untuk acara-acara khusus, dan daging dada dibuat menjadi sashimi dan dinikmati sebagai hidangan untuk menemani hidangan manis.
Sashimi ayam mentah ini pernah menjadi perkara. Beberapa kasus keracunan pernah dicatat. Pada tahun 2020, dilaporkan ada 182 kasus keracunan makanan di Jepang yang disebabkan oleh bakteri Campylobacter, yang banyak terdapat pada ayam. Namun, insiden itu cuma sekali terjadi di Prefektur Kagoshima.
Dengan rekam jejak itu, higienitas ayam menjadi syarat nomor satu untuk sajian sashimi ayam. Campylobacter sering ditemukan pada jeroan ayam makanya bagian ini tidak dipakai.
Juga, seluruh permukaan daging harus dipanggang ringan untuk mensterilkannya. Selain itu, dipakai talenan dan pisau khusus.
Dikutip dari Mainichi Shimbun salah satu pengusaha ayam di Minamikyushu di Semenanjung Satsuma, sekitar 40 menit berkendara ke selatan kota Kagoshima, bikin terobosan selama pandemi virus Corona.
Hidangan ayam ikonik di Prefektur Kagoshima itu dijual lewat vending machine. Mesin itu berada di Rute 225, di sebuah kedai dengan papan bertuliskan penjualan langsung 24.
"Ketika saya masuk, saya menemukan mesin penjual otomatis dengan bagian depan kaca, dilapisi dengan bungkusan tori-sashi yang terbuat dari "ayam Kurotsuma", ayam jenis lokal, begitulah catatan surat kabar Mainichi.
Pembeli bisa memilih ukuran ayam yang diinginkan, kemasan besar (360 gram) berharga 1.200 yen (sekitar Rp 157 ribu) atau kemasan kecil (150 gram) berharga 500 yen (sekitar Rp 65 ribu).
Selain itu ditawarkan paket 500 gram, yang bisa dipotong sesuai ketebalan yang diinginkan. Paket jumbo ini dibanderol 1.600 yen atau Rp 201 ribu.
Mesin penjual otomatis itu merupakan gagasan Shinya Wada, 38, pemilik peternakan Shinei, yang memelihara, memproses, dan menjual ayam Kurosatsuma.
Dia biasa menjual sashimi ayam di toko, tetapi tidak bisa satu hari penuh. Sebab, dia harus mengurusi kandang.
Selanjutnya ---> Ide karena pandemi Corona
Pandemi virus Corona juga mengubah cara belanja pelanggan sashimi ayamnya. Jika biasanya banyak yang datang langsung, selama wabah pelanggannya memilih untuk dikirim.
"Saya ingin menghargai pelanggan lokal saya. Saya ingin mereka makan sashimi ayam segar. Makanya, muncul dengan ide mesin penjual otomatis,' kata Wada. '
Wada pun mencari mesin penjual otomatis yang dapat menyimpan ayam segar di suhu 5 derajat celcius sesuai standar kesehatan makanan di Jepang. Dia juga memodifikasi mesin itu sedemikian rupa agar ayam tidak rusak saat dikemas otomatis.
Baca juga: Wisata Kuliner Murah Meriah di Osaka |
Wada merenovasi tokonya dan mulai menjual sashimi ayam melalui vending machine sejak bulan April tahun ini. Selain hemat tenaga, dia juga bisa melayani pelanggan lebih lama, sampai 24 jam sehari.
Mesin itu diisi dengan produk segar yang diproses hari itu juga. Selain memidik pekerja kantoran yang menuju perjalanan pulang, banyak juga keluarga yang membeli sashimi ayam segar saat larut malam. Mesin penjual otomatis juga menjual kecap dan telur.
"Saya ingin lebih banyak orang tahu tentang rasa sehat ayam lokal Kagoshima," kata dia.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!