Ada satu cerita di Desa Tetebatu. Seorang Bule asal Swiss betah tinggal di desa indah tersebut, bahkan telah menetap selama 30 tahun.
Dalam perjalanan detik Travel bersama Toyota Corolla Cross Hybrid Road Trip Explore Mandalika ke Desa Tetebatu, tim bertamu ke rumah seorang bule. Dia bernama Peter Beat von Flue.
Bule asal Swiss ini jatuh cinta dengan Desa Tetebatu. Dia juga telah menjadi namanya menjadi Hairul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanannya ke Indonesia dan bisa menetap di Tetebatu tidaklah sebentar. Sebelum mengenal Indonesia, Hairul menetap di India cukup lama. Selama di India dirinya mencari ketenangan.
Karena telah lahir dan besar di kota besar, Hairul memimpikan kehidupan yang tenang. "Saya tinggal lama di Kota Zurich. Kehidupan kota sangat susah," ucap Hairul.
Tingginya biaya hidup dan rutinitas yang menumpuk membuat dirinya penat. Biaya hipotek yang tinggi membuatnya kesulitan membeli rumah. Saat tinggal di India, barulah Hairul mendengar tentang Indonesia. Indahnya alam bahari nusantara, membuat Hairul memutuskan untuk masuk ke Indonesia lewat Sumatra.
"Cita-citanya dulu mau keliling Indonesia," jelas Hairul dalam bahasa Indonesia.
Pada tahun 1993, Hairul mendapat tawaran tanah di Desa Tetebatu. Begitu melihat Desa Tetebatu, Hairul mendapati dirinya jatuh cinta dengan Tetebatu.
Hairul juga bercerita kondisi keluarganya. Sebelum datang ke Indonesia, dirinya sudah menikah, namun Hairul dan istri punya perbedaan dalam mendalami hidup.
"Mantan istri saya sukanya ke kota, sementara saya sukanya ke kebun," katanya.
Pendek cerita, Hairul tinggal di Tetebatu dan tinggal dekat dengan alam. Menurutnya tinggal di Tetebatu begitu menenangkan. Tinggal alam bisa membuatnya peka dan sensitif, bahkan mereka sekeluarga adalah vegan.
Hairul menjadi salah satu inovator sekolah pariwisata dan pendidikan anak usia dini. Tinggal di lingkungan islam yang kental, Hairul pun semakin ingin mendalami islam. "Islam dan alam itu menyatu," ungkapnya.
Dia pun menikah denan seorang asisten perempuannya yang bernama Sahrim. Mereka sudah dikaruniai dua anak, yaitu Sam dan Anah.
Berita selanjutnya datang dari wahana Ngopi in The Sky yang ditutup oleh Pemda DIY. Setelah melihat dari sisi keamanan, mobile crane yang digunakan adalah untuk mengangkut barang, bukan manusia.
Berikut berita detik Travel, Jumat (8/1/2022) Lengkapnya:
(elk/elk)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol