Peta Rute Penerbangan Itu Rumit

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Peta Rute Penerbangan Itu Rumit

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Kamis, 10 Feb 2022 07:11 WIB
Peta rute penerbangan
Peta rute penerbangan (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
Jakarta -

Anda pernah bermain-main dengan peta rute penerbangan di dalam layar pesawat atau melihat-lihat di situs web maskapai? Ya, semua itu terlihat sangat sederhana.

Untuk pergi dari A ke B, Anda cukup naik ke ketinggian 30.000 kaki. Lalu, si pilot akan mengambil jalur udara yang bersih dan kosong.

Kenyataannya, tentu saja, sedikit lebih rumit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perencanaan rute ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk cuaca, geopolitik, berapa biaya untuk terbang di atas wilayah suatu negara, hingga panjang landasan pacu.

Bahkan peta di belakang kursi itu tidak memberi Anda cerita lengkapnya. Peta itu perlu diperbarui secara berkala nyata hanya untuk mengikuti kecepatan angin yang bervariasi dan ketegangan politik.

ADVERTISEMENT
Peta rute penerbanganPeta rute penerbangan (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)

100 tahun peta rute penerbangan

Peta rute penerbangan resmi muncul pertama kali pada tahun 1920-an, di awal penerbangan komersial. Fokusnya adalah alat pemasaran dibanding akurasi geografis.

Terbang jauh lebih mahal selama dekade pertama layanan. Pada awal 1950-an, rata-rata perjalanan pulang pergi domestik AS menghabiskan setidaknya 5% dari pendapatan tahunan rata-rata (itu mendekati USD 2.000 atau Rp 28,6 juta untuk kurs saat ini).

Hanya dengan pengesahan Undang-Undang Deregulasi Maskapai Penerbangan tahun 1978, harga tiket pesawat AS berhenti ditetapkan oleh pemerintah federal. Itu membuka persaingan yang lebih luas dan harga yang jauh lebih rendah.

Jadi, untuk menarik kelompok berpenghasilan tinggi, peta rute awal akan didekorasi dengan indah. Penekanannya ada pada menumbuhkan nafsu terbang dengan memperkenalkan tujuan lokal baru dan eksotis.

Meskipun rel kereta api lintas benua dan peta sistem angkutan massal telah digunakan sejak akhir 1800-an, peta tersebut lebih fungsional. Sedang maskapai seperti Pan Am dan KLM menggunakan berbagai warna dan tema untuk memamerkan kehadiran mereka.

Tanpa skala atau legenda, peta itu hanya menghubungkan bandara dengan garis lurus yang ditarik antara bandara asal maskapai yang lebih dikenal sebagai hub dan jaringan rutenya.

Dijuluki peta jalan udara oleh American Airlines pada tahun 1930-an yang grafiknya dibuat untuk mudah dipahami, memikat penonton, dijadikan sebagai suvenir yang menyenangkan, dan bahkan membantu penumpang melacak tujuan terbaru.

Era mesin jet

Pesawat bermesin jet pertama di dunia yakni Heinkel He 178. Itu terbang pada tahun 1939, bertahun-tahun sebelum jet komersial pertama menerbangkan penumpang dengan layanan terjadwal.

Pada tanggal 2 Mei 1952, British Overseas Aircraft Corporation (BOAC), menggunakan De Havilland Comet 1A 44 kursi, terbang antara London dan Johannesburg. Aksi ini menginspirasi produsen pesawat di Eropa, Amerika Utara, dan bekas Uni Soviet untuk mengembangkan pesawat mereka sendiri.

Karena pesawat baru dapat terbang dengan jarak yang lebih jauh, lebih tinggi, dan kebutuhan mengisi bahan bakar lebih sedikit, maskapai penerbangan terus mengembangkan jangkauan mereka di seluruh dunia.

Mereka memperluas ke seluruh negara yang baru merdeka di Afrika dan Asia, di samping pertumbuhan pariwisata dan hotspot bisnis di pasar penerbangan tradisional Eropa dan Amerika Utara.

Geopolitik

Namun, ada lebih banyak faktor untuk menghubungkan dua titik penerbangan daripada sekadar memiliki pesawat yang sesuai. Kadang karena hal politis, maskapai menghindari penjelasan mengapa peta rute mereka mungkin terlihat aneh.

Dua contoh khusus, El Al dari Israel dan China Airlines dari Taiwan, mereka harus menghindari wilayah udara tetangga tertentu selama beberapa dekade.

Pada tahun 1948, tahun yang sama ketika Israel didirikan, maskapai penerbangan nasional El Al dibentuk. Rute komersial awal, ke Roma dan Paris, relatif mudah dinavigasi begitu Israel menjalin hubungan diplomatik dengan Afrika Selatan, Thailand, dan India.

Ketika pemerintahan Inggris di Sudan mulai memberi jalan kepada pemerintah Arab pada pertengahan 1950-an, menurut Maurice Wickstead dari theaviationhitorian.com, proses ini memerlukan pengalihan besar-besaran untuk menghindari negara-negara musuh yang berbatasan dengan Laut Merah.

Mengubah rute melalui Turki, Iran, Oman, Somalia, dan Kenya, maskapai menambah jarak sekitar 2.400 mil ke garis lurus dan waktu terbang lima jam. Situasi ini tidak dapat diperbaiki sampai Israel menguasai Semenanjung Sinai dan penerbangan langsung di atas Ethiopia dapat dilakukan.

Hal-hal juga membaik pada September 2020 ketika Arab Saudi mulai mengizinkan pesawat Israel terbang di atas wilayahnya. Izin itu tidak hanya untuk rute barunya ke Uni Emirat Arab, tetapi juga untuk penerbangan dari Asia Timur.

Seperti yang dicatat oleh Ian Petchenik dari FlightRadar24, perubahan rute yang paling berdampak secara geopolitik di Timur Tengah pada tahun 2020 juga membawa konsekuensi paling praktis bagi maskapai penerbangan, menghemat waktu dan bahan bakar.

Sementara itu, maskapai Taiwan memiliki keunikan tersendiri dalam merencanakan rute penerbangan hariannya. Karena ekonomi China telah tumbuh secara eksponensial sejak akhir 1970-an, Beijing merasa lebih diberdayakan untuk memamerkan kemampuan militernya yang semakin canggih, khususnya di Provinsi Fujian, tepat di seberang Selat Taiwan.

Selain itu, Taiwan yang juga dikenal sebagai Republik China, dikeluarkan dari PBB pada tahun 1971. Pada saat yang sama, China atau Republik Rakyat China menggantikannya.

Menurut Prakarsa Transparansi Maritim Asia, pengecualian Taiwan dari badan internasional berarti tidak ada cara formal untuk mendaftarkan keluhan terhadap tindakan penerbangan China.

Jadi, China secara terpisah lebih terbuka berdiskusi dengan Taiwan untuk meningkatkan penerbangan antar keduanya ketika kepemimpinan Taiwan pro-Beijing.

Namun, terlepas dari agresi regional, maskapai penerbangan telah terbang antara Taiwan dan China secara charter sejak tahun 2005. Penerbangan terjadwal terjadi sejak tahun 2008.

Sebelumnya, untuk mencapai antara daratan China dan Taiwan, seseorang harus transit di bandara lain, kemungkinannya di Hong Kong atau Makau.

Namun, yang menjadi sedikit rumit adalah ketika China Airlines dan Eva Air, keduanya berbasis di Taiwan, berangkat ke Eropa.

Wilayah udara China

Meskipun dokumentasi resmi sulit didapat, sebagai aturan, maskapai Taiwan tidak dapat menggunakan wilayah udara China.

Kemungkinan alasannya adalah militer China mengendalikan sebagian besar wilayah udara, belum lagi maskapai penerbangan China tumbuh begitu pesat dengan jaringan domestiknya dalam dua puluh tahun terakhir dan semakin memadati langit.

Namun, penerbangan Taiwan yang kembali dari Eropa baru-baru ini diizinkan melintasi wilayah udara China selatan.

Ada tiga maskapai penerbangan Eropa yang terbang ke Taipei yakni Turkish Airlines, KLM, dan Air France. Mereka juga hanya diperbolehkan menggunakan wilayah udara China selatan, terlepas dari apakah mereka terbang ke/dari Eropa.

Kesimpulannya, peta penerbangan di situs maskapai atau layar pesawat memang cukup mudah dipahami.

Namun sampai sekarang, Anda mungkin tidak pernah memikirkan proses yang harus dilalui dan betapa hati-hatinya penerbangan harian di seluruh dunia.

Faktor yang mempengaruhi adalah perbatasan nasional, badai, zona perang, pandemi, dan pembatasan wilayah udara sementara, seperti untuk kunjungan oleh pemimpin dunia, dan kejuaraan olahraga besar.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Membahas Wacana Maskapai Hanya Gunakan 1 Pilot"
[Gambas:Video 20detik]
(msl/msl)

Hide Ads