Media Asing: Ibu Kota Baru Indonesia Vs Orang Utan

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Senin, 21 Feb 2022 16:10 WIB
Ibu kota baru Indonesia vs orang utan (Foto: CNN)
Jakarta -

Ibu kota baru Indonesia di Kalimantan meningkatkan kekhawatiran akan masa depan orang utan. Karena, pulau ini pernah dianggap sebagai yang terpencil, terliar dan menjadi rumah bagi orang utan.

Seperti Sumatra, pulau ini adalah salah satu dari dua tempat di dunia di mana orang utan hidup di alam liar.

Selama beberapa dekade, alih fungsi hutan dan pertanian telah menghancurkan rumah orang utan. Hal itu menempatkan mereka dalam bahaya besar, menurut WWF seperti dilansir dari CNN.

Saat deforestasi semakin cepat dan lebih banyak spesies hilang dan terancam, sekarang lebih banyak masalah mengintai.

Hampir tiga tahun setelah pengumuman, pemerintah Indonesia bergerak maju dengan rencana untuk memindahkan ibu kota negara ke hutan lebat di provinsi Kalimantan Timur.

Dengan langkah yang sekarang dituang dalam undang-undang, pekerjaan di Nusantara dapat dimulai tahun ini. Sementara relokasi akan dimulai pada 2024.

Sekitar satu jam perjalanan ke utara dari pelabuhan Balikpapan, lokasi yang dipilih untuk ibu kota baru ini terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara.

Foto udara pada 28 Agustus 2019 di sekitar Sepaku, tempat ibukota baru Indonesia akan dibangun. (Foto: CNN)

Habitat orang utan terus menyusut

Pemerintah membayangkan adanya kota pintar di dalam hutan sebagai pusat inovasi.

Namun di samping kegembiraan, ada juga keprihatinan mendalam terhadap hutan hujan tropis dataran rendah yang menyusut dan satwa liarnya. PBB mengatakan manusia mendorong orang utan menuju kepunahan.

Tanpa perubahan transformatif dalam perilaku manusia, hewan yang terancam punah itu bisa punah dalam beberapa dekade, demikian peringatannya.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa sementara mengamankan masa depan megalopolis (Jakarta) yang tenggelam, pejabat Indonesia menenggelamkan masa depan salah satu makhluk paling luar biasa di planet ini.

"Langkah ini akan membawa populasi besar tetapi juga tuntutan besar untuk perubahan penggunaan lahan untuk mengakomodasi kompleks perumahan dan perkantoran baru, bahkan pusat produksi pangan," kata Anton Nurcahyo, wakil CEO Borneo Orangutan Survival Foundation (BOS).

"Ini pasti akan menciptakan perubahan besar pada habitat di sekitarnya," imbuh dia.

Pekerjaan rehabilitasi orang utan yayasan dimulai di Kalimantan Timur pada tahun 1991.

Sejak tahun 2006, suaka orang utannya, Samboja Lestari, telah merawat orang utan yang terluka dan yatim piatu, yang diselamatkan dari hutan yang dihancurkan oleh penebangan dan perkebunan kelapa sawit.

Saat ini, staf mereka merawat lebih dari 120 orang utan yang diselamatkan di kawasan konservasi hutan regenerasi.

Idenya adalah untuk melepaskan mereka kembali ke habitat alami yang aman dan terjamin jika sudah sehat. Tetapi bagaimana jika hutan yang kaya buah terus menerus hilang?

"Kabupaten Sepaku dan Samboja yang bertetangga (dikhususkan untuk Nusantara) tidak memiliki populasi orang utan liar," kata Nurcahyo.

"Tapi pusat rehabilitasi orang utan terletak di sini, di atas hutan seluas 1.850 hektar, yang perlu dilestarikan kondisinya saat ini," terang dia.

LSM dan penduduk setempat khawatir bahwa kota baru berpenduduk sekitar 1,5 juta orang ini dapat menimbulkan bencana bagi lingkungan.

Masuknya, sebagian besar pegawai negeri sipil dan keluarga mereka dari Jakarta, bisa memaksa perampasan lahan dari orang dan hewan.

"Tingkat ancaman terhadap satwa liar langka akan tergantung pada perencanaan dan survei yang sedang berlangsung," kata BOS.

"Dengan ekosistem yang unik di Kalimantan Timur, sangat penting untuk memiliki rencana mitigasi yang disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan yang spesifik ini," tegas Nurcahyo.

Ibu kota baru Indonesia vs orang utan (Foto: CNN)

Selanjutnya: Janji Pemda melindungi lingkungan



Simak Video "Video: Melihat Perkembangan Terbaru IKN 2025!"

(msl/ddn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork