Banyuwangi jadi salah satu daerah di Indonesia dengan pertumbuhan pariwisata yang sangat baik. Dari sekian faktor, kereta api ada di dalamnya.
Menilik data yang diungkap Vice President Daop 9 Jember Broer Rizal, bahwa okupansi kereta di jalur ke Banyuwangi sudah mendekati sebelum pandemi.
"Karena setiap harinya kami melayani total 8.000-10.000 ribu penumpang hingga bulan November," kata dia dalam acara Traveling by Train baru-baru ini di Banyuwangi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di masa-masa sekarang jumlahnya seperti itu. Dilayani dengan 16 kereta api jarak jauh dan empat kereta api lokal," imbuh dia.
"Kalau paling banyak penumpang kereta untuk relasi Jember-Banyuwangi. Di mana kereta yang paling ramai adalah KA Pandanwangi," kata dia menerangkan.
Di kesempatan yang sama, Kadisparbud Banyuwangi Yanuar Bramuda, juga menyinggung peran penting dari KAI. Keberadaan kereta yang dimulai dari Belanda dengan stasiun yang dulunya mati suri, sekarang menjelma menjadi kekuatan baru karena sektor pariwisata menguat.
![]() |
"Stasiun Karangasem yang diubah menjadi Banyuwangi Kota, sekarang menjadi 'jujugan' para wisatawan. Karena di kota mereka bisa bergerak ke mana saja," kata dia.
"Yang paling dahsyat, multiplier dari keberadaan stasiun ini luar biasa. Munculnya homestay, UMKM, travel, rent car berkembang dengan luar biasa," imbuh dia.
Lebih lanjut, kini ada resto nonton kereta. Jadi ramainya resto itu di jam-jam tertentu hanya untuk menonton kereta lewat.
"Itu keren. Resto itu viewnya menghadap ke rel kereta api," jelas Bramuda.
Selanjutnya, banyak bule di Banyuwangi >>>
Banyak bule di Banyuwangi
Di Banyuwangi, kata Bram, ada pembatasan hotel yang sekarang hanya ada 12 buah saja. Pihaknya memiliki program homestay dan itu diberdayakan benar dan kini kebanyakan tamu adalah bule semua. Rahasianya adalah servis yang prima.
"Mereka ketika tertarik melihat becek atau mantenan lalu diajak si tuan rumah ke sana. Lumayan dapat makan gratis dan yang punya rumah pun kaget kok tamu yang ada difoto malah bule semua," katanya.
"Ini saling melengkapi, antara melihat tradisi lokal dan gratisan makan. Bule pun mendapat pengalaman baru. Nah akses ini pun sangat penting," imbuh dia.
![]() |
"Ini bukan masalah kompetisi, tapi servis. Saat semua drop di titik nol, seusai dibuka maka servis harus ditambah. Orang minta harga tinggi maka servis pun ditambah. Lalu muncullah bus dengan double decker, bus sleeper, harganya meningkat luar biasa, dan kereta api pun seperti itu, ditambah servisnya," jelas dia.
Kata Bram, orang lebih baik membayar servis dan itulah yang dilakukan pihak-pihak di Banyuwangi. Ia lalu berterima kasih karena banyak bus DD juga sleeper ke sana, juga Banyuwangi saat ini tidak hanya menjadi kota kencing atau transit saja.
"Orang tidak ada yang ke sini karena hanya terkenal dengan santet saja. Mereka hanya transit untuk bepergian ke Bali. Semua transportasi yang baik menguntungkan kami," kata dia.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum