Habis Pandemi, Terbitlah Harga Avtur Tinggi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Habis Pandemi, Terbitlah Harga Avtur Tinggi

Putu Intan - detikTravel
Kamis, 08 Des 2022 13:14 WIB
Pengisian avtur
Foto: dok. Pertamina
Jakarta -

Setelah pandemi COVID-19, maskapai penerbangan harus menghadapi tantangan tingginya harga avtur. Harga bahan bakar ini dapat berpengaruh pada harga tiket pesawat.

Konflik antara Rusia dengan Ukraina berdampak pada meningkatnya harga minyak mentah dunia, termasuk avtur yang menjadi bahan bakar pesawat. VP Corporate Strategy Citilink Heriyanto menjelaskan mahalnya harga avtur menjadi tantangan tak terhindarkan karena situasi ini tak bisa mereka kendalikan.

"Bahan bakar sesuatu yang kita tidak bisa kontrol. Jadi kita cuma terima saja. Yang saya tahu, akhirnya airlines berusaha bersiasat terkait harga bahan bakar tinggi," katanya kepada detikcom, Rabu (7/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembelian avtur sendiri memakan 50 persen dari total biaya operasional maskapai Citilink. Cara menyiasati harga avtur mahal ini dilakukan dengan pengisian bahan bakar di luar negeri.

"Dalam hal bahan bakar, semua airlines akan melakukan hal sama, misalnya di Jakarta beda harga di Singapura. Sehingga mengisi bahan bakarnya di mana itu jadi penting juga," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Mengutip situs Aeroportos yang merujuk pada data Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat, rata-rata harga avtur di Indonesia per 7 Desember 2022 berada pada level USD 1,78 per galon. Sementara Singapura USD 1,49 per galon dan Malaysia USD 1,54 per galon.

Perkara mahalnya harga avtur ini juga disoroti Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carrier (INACA) Bayu Sutanto. Menurutnya, situasi saat ini merupakan tantangan global di mana industri penerbangan tak kuasa untuk mengendalikan.

Hanya saja, Bayu masih melihat sisi positif dari pasar Indonesia yang pertumbuhannya cenderung baik, terutama untuk rute domestik. Kendati harga tiket dikerek naik, permintaan penerbangan dalam negeri masih tinggi. Apalagi jelang Natal dan Tahun Baru terjadi kenaikan permintaan tiket hingga 20 persen.

"Beruntung negara kita pertumbuhannya masih bagus. Penerbangan domestik harus kita kuasai dulu. Kalau internasional percuma karena beberapa negara belum buka (perbatasan)," katanya.




(pin/ddn)

Hide Ads