Subkelas Kereta Api: Membingungkan Penumpang, Menguntungkan KAI

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Subkelas Kereta Api: Membingungkan Penumpang, Menguntungkan KAI

Dwi Ari Setyadi - detikTravel
Sabtu, 14 Jan 2023 06:11 WIB
Penumpang menaiki kerete api ekonomi Airlangga di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Jumat (1/10/2021). Mulai 1 Oktober KAI mengoperasikan KA Airlangga yang merupakan KA kelas ekonomi PSO dengan relasi Pasar Senen-Surabaya Pasar Turi.
Kereta ekonomi joknya bervariasi. (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta -

Subkelas di kereta api sering kali membingungkan penumpang. Tetapi, diyakini menguntungkan PT KAI.

Sebagai penumpang rutin kereta api, saya sering mendapatkan pertanyaan dari teman-teman yang melalukan pemesanan tiket online.

"Mas, ini kok ada harga yang berbeda, padahal kelasnya sama? Sebaiknya pilih yang mana, say?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itulah yang disebut subkelas, menurut PT KAI, adalah pembagian kecil dari kelas menurut area zona tempat duduk dalam gerbong satu kelas kereta merujuk pada variasi tarif.

"Sama saja, Cuk. Pilih saja tiket yang paling murah," saran saya untuk pertanyaan di atas.

ADVERTISEMENT

Berdasar pengalaman menggunakan KAI Acces, saya tetap dapat memilih tempat duduk di mana saja, meskipun membeli subkelas tarif termurah.

Bahkan, ketika muncul penanda hanya tersisa beberapa bangku sekalipun, Anda tetap bisa mendapatkan lebih banyak pilihan kursi yang seharusnya milik subkelas lebih tinggi. Aplikasi ini tidak menandai nomor kursi favorit yang hanya bisa diakses oleh pembeli subkelas termahal seperti pada pemesanan tiket pesawat bujet airlines.

Lucunya, satu-satunya operator perjalanan kereta api di Tanah Air itu pun mengaku bahwa fasilitas yang diterima penumpang tetap sama meski harga tiketnya memang berbeda.

Sebetulnya, ada peluang bila PT KAI tetap ingin memberlakukan variasi tarif dalam satu kelas. Misalnya, mem-bundling tiket dengan makanan seperti di dunia penerbangan. Subkelas tinggi seperti full services airlines yang memberikan hidangan untuk penumpang. Bus Patas Jawa Timur atau Bus Malam di Pulau Jawa juga menyajikan layanan seperti ini.

Fleksibilitas tiket juga bisa menjadi acuan variasi tarif seperti galibnya di dunia penerbangan. Subkelas tertinggi memiliki kelenturan untuk melakukan reschedule maupun refund, misalnya. Pembeli tiket kereta subkelas termahal sekalipun tak punya keistimewaan seperti itu.

Pembatalan atau mengubah jadwal tiket kereta tetap dikenakan potongan biaya administrasi 25% dari harga meskipun baru semenit sadar kekeliruannya ternyata terbalik relasi tujuannya atau salah waktu berangkatnya.

Kalau KAI tetap ngotot bikin variasi tarif seharusnya untuk kelas ekonomi.

Mengapa? Karena kondisi gerbong kereta kelas ini sangat beraneka ragam hingga membingungkan penumpang. Ada gerbong kelas ekonomi formasi bangku 2-3 dengan kapasitas 100-an orang, ada juga yang formasi 2-2 saling berhadapan kapasitas 80 bangku, ada yang reclining seat ketemu di kursi tengah no 11 dan 12. Ini saja yang dibedakan tarifnya, yang termahal tentu saja yang ternyaman performa gerbongnya.

Yang bikin penumpang melenguh panjang saat ini adalah mereka telah membeli tiket subkelas termahal namun mendapatkan gerbong dengan kondisi yang jauh dari harapan.Syok, pasti...

Sebetulnya, tanpa disadari PT KAI justru telah melakukan variasi tarif di kelas eksekutif. Tiket kereta api tambahan hampir pasti selalu lebih rendah daripada tarif kereta reguler. Bisa jadi karena perusahaan plat merah ini sadar bahwa kondisi gerbong rangkaian tambahan tak se-glowing yang reguler.

Mohon maaf bila tulisan ini meresahkan, namun percayalah bahwa ini tak lebih dari ungkapan katresnan seorang pelanggan.

***

Penulis Dwi Ari Setyadi adalah pehobi kereta api.

Respons PT KAI

PT KAI merespons opini dari pembaca detikTravel soal pembagian subkelas itu. Menurut KAI pembagian tarif subkelas memugkinkan tiket kereta api menjadi lebih terjangkau. Tiket kereta jenis ini terbagi dalam penjualan tiket kereta kelas Eksekutif, Bisnis, dan Ekonomi.

Pada saat pemesanan, calon pelanggan akan melihat kode subkelas pada tiket yang diinginkan disertai beberapa alternatif tarif. Perbedaan antar kode subkelas adalah hanya pada tarif yang ditawarkan dan tidak ada perbedaan fasilitas atau tempat duduk yang nantinya didapatkan pelanggan selama dalam perjalanan.

"Penyediaan alternatif tarif tersebut adalah bentuk apresiasi KAI bagi pelanggan yang memesan tiket jauh-jauh hari sebelum keberangkatan, sehingga dapat memilih tarif yang diinginkan," kata VP Public Relations KAI Joni Martinus dalam rilis kepada detikTravel.

Joni menyebut bahwa tarif kereta api komersial sifatnya fluktuatif menyesuaikan dengan demand dari pelanggan. Tarifnya juga kami pastikan selalu berada dalam Tarif Batas Bawah (TBB) - Tarif Batas Atas (TBA) yang telah ditetapkan.

Adapun, untuk kereta api yang sifatnya PSO, atau mendapatkan Public Service Obligation, tarifnya selalu tetap dan sesuai dengan tarif yang telah ditentukan oleh pemerintah. Data mengenai TBB dan TBA KA Komersial dapat masyarakat akses melalui situs Keterbukaan Informasi Publik KAI di ppid.kai.id.

"Terima kasih atas seluruh atensi dan harapan masyarakat kepada KAI selama ini. Ke depan KAI aka terus meningkatkan fasilitas di stasiun maupun di atas kereta seperti peremajaan kereta, percepatan waktu tempuh, penambahan face recognition, dan inovasi pelayanan lainnya sehingga masyarakat akan semakin nyaman saat menggunakan kereta api," kata Joni.



Simak Video "Video KAI Tebar Tiket Murah Mudik Lebaran Mulai Rp 10.000"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads