Di Balik Hijaunya Bromo, Ini Deretan Dampak Kurang Sip dari Kebakaran

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Di Balik Hijaunya Bromo, Ini Deretan Dampak Kurang Sip dari Kebakaran

Weka Kanaka - detikTravel
Kamis, 14 Des 2023 10:09 WIB
Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Kamis (7/12/2023).
Panorama padang savana Bromo yang kembali menghijau. (Weka Kanaka/detikcom)
Pasuruan -

Panorama Bromo setelah terbakar memang memanjakan mata lewat rumput baru nan hijau. Namun, terdapat beberapa dampak yang tidak mengenakkan di balik keindahan tersebut.

Kebakaran melanda Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) pada 6-16 September 2023. Itu lantaran ulah wisatawan yang menyalakan flare demi foto prewedding di hamparan savana yang kering.

Percikan api menyambar rerumputan di sekitar padang savana Bukit Teletubbies Bromo dan sulit untuk dipadamkan, bahkan hingga berhari-hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini, panorama Bromo kembali menghijau lewat tumbuhnya rerumputan baru yang tumbuh. Banyak yang mengasosiasikan ini sebagai dampak positif dari kebakaran. Padahal, banyak juga dampak yang tidak diinginkan atas kejadian tersebut.

Berikut dampak kebakaran Bromo:

1. Ancaman Hilangnya Ekosistem

Salah satu yang paling berpengaruh terkait kebakaran tersebut adalah ancaman hilangnya ekosistem. Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) selaku penjaga dan pengawas TNBTS menyebut ancaman ini mungkin terjadi di balik keindahan saat ini.

ADVERTISEMENT

"Karena kita nggak tahu ekosistem setelah terbakar itu apakah nanti akan tetap seperti ekosistem sebelum terbakar atau justru akan berubah gitu. Bisa jadi ada beberapa spesies tumbuhan yang ketika terbakar dia akan susah untuk hidup kembali, tapi ada yang akan lebih mudah sehingga nanti mendominasi," ujar Kepala Bagian Tata Usaha BBTNBTS, Septi Eka Wardhani, saat ditemui detikcom di kantor BBTNBTS, Kamis (7/12/2023).

Septi menjelaskan bahwa kebakaran tersebut berpotensi menghilangkan habitat hewan yang tinggal di sana. Adapun terdapat beberapa hewan yang tinggal di kawasan Bromo, seperti kupu-kupu, elang jawa, kera, hingga kucing hutan.

"Nah itu yang kita juga harus antisipasi, apalagi kalau itu sifatnya adalah invasif kan spesies Itu juga bukan menjadi sebuah kondisi ekosistem yang bagus ya. Kemudian juga untuk satwa-satwanya, ketika terbakar kemarin tentu dia kehilangan habitat. Misalkan kupu-kupu, kemudian ada beberapa jenis burung, atau mungkin tikus," kata Septi.

"Bagaimanapun itu adalah keanekaragaman yang ada di dalam kawasan taman nasional, meskipun mungkin dianggap tikus gitu ya, tapi di dalam kawasan taman nasional satwa yang tidak dilindungi pun menjadi dilindungi nah itu mereka kehilangan tempat," dia menegaskan.

2. Hilangnya Pendapatan

Selain kemungkinan hilangnya ekosistem yang terjadi, dampak yang sangat nyata menimpa pelaku wisata di kawasan TNBTS. Misalnya saja Karyo Wahyudi, yang setiap harinya menawarkan jasa menunggangi kuda kepada wisatawan di kawasan ini. Ia menyebut dampak kebakaran tersebut terjadi selama sebulan, dan ia mesti berhenti total menawarkan jasanya.

"Nggak ada yang ke sini wisatawan, yang ke sini cuman orang yang ambil rumput atau yang ada kepentingan itu aja. Mulai ramai lagi, mulai satu bulan itu sudah ramai lagi," ujar Karyo kepada detikcom di lokasi, Kamis (7/12/2023).

Pria asal Lumajang tersebut biasanya membawa empat kuda sekaligus jika Bromo ramai. Namun, ketika Bromo terbakar, ia mesti menghentikan jasanya dan mengalihkan fokusnya ke berladang.

"Kalau kebakaran itu masih tutup semua, karena nggak ada rumputnya yang hijau-hijau itu. Terus saya berkebun juga nggak ke sini, satu bulan ada. Ke ekonomi ya berhenti semua, sama jip-jip, kuda-kuda itu berhenti semua, nggak ke sini. Berkebun, cuman ke sini ngambil rumput aja. Sangat ngaruh ke ekonomi warga," ujarnya.

Pengalaman serupa diakui juga oleh pengemudi jip asal Pasuruan, Tommy Romansyah. Ia bahkan mengaku tidak mendapat pemasukan hingga lebih dari sebulan.

"Kalau dampaknya sih semua, semua pelaku wisata di sini kena semua khususnya driver jip, kuda, penjual bakso, penjual asongan, penjual buah-buah kayak durian, itu kena semua karena nggak ada pemasukan sama sekali. Sekitar satu bulan lebih dua hari," kata dia.

Ia menjelaskan bahwa setelah Bromo kebakaran, jasa pengemudi jip yang ia lakukan mengalami penurunan hingga setengah bahkan lebih.

"Kalau biasanya itu satu minggu bisa empat atau tiga, terus setelah kebakaran itu sekarang biasanya satu minggu satu kali kadang dua kali," akunya.

3. Kerugian Nasional Miliaran

Kebakaran Bromo bahkan tak hanya merugikan pelaku usaha perorangan. Dijelaskan saat itu kerugian negara mencapai angka Rp 89,7 miliar.

"Karena penutupan 13 hari, Bromo rugi Rp 89,7 miliar," ujar Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf Agustini Rahayu, dalam konferensi pers di Kantor Kemenparekraf, Jakarta, Senin (25/9/2023).




(wkn/fem)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Bromo Kembali Hijau
Bromo Kembali Hijau
28 Konten
Kawasan Bromo sempat ditutup karena mengalami kebakaran besar pada September. Kini, setelah dibuka kembali, kawasan itu kembali dibanjiri wisatawan.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads