Machu Picchu Tutup Lagi, Katanya Demi Keselamatan Turis

bonauli - detikTravel
Selasa, 30 Jan 2024 08:05 WIB
Machu Picchu (AFP via Getty Images/CAROLINA PAUCAR)
Lima -

Situs Warisan Dunia UNESCO Machu Picchu kembali tutup pintu untuk publik. Katanya, demi keselamatan turis.

Dilansir dari BNN Bloomberg pada Selasa (30/1/2024), terjadi protes pekerja kereta api terhadap sistem tiket baru. Pekerja melakukan unjuk rasa dengan memblokade jalur kereta api. Protes itu dilaksanakan sejak 20 Januari.

PeruRail, operator rute selatan dan tenggara negara itu, menghentikan layanan ke lokasi Machu Picchu akibat demo. Perusahaan itu mengatakan bahwa mereka tidak dapat menjamin keselamatan penumpang, bahkan pekerja.

Pemicu dari protes ini adalah peluncuran layanan tiket baru oleh perusahaan kereta api. Namun, layanan ini tidak didiskusikan dengan organisasi dan komunitas lokal.

Kolektif lokal mengklaim bahwa perusahaan yang memberikan kontrak penjualan tiket, Joinnus, akan mendapat komisi sebesar USD 3,2 juta per tahun atau sekitar Rp 50 miliar.

Kementerian Kebudayaan sempat melakukan konferensi pers. Katanya ada risiko Machu Picchu akan dihapus dari daftar Warisan Dunia UNESCO.

"Tidak ada privatisasi. Kami harus memastikan kontrol mutlak terhadap semua orang yang memasuki benteng kami karena dampak dari padatnya lalu lintas wisatawan di lokasi," kata Ana Pena, penasihat Kementerian Kebudayaan.

Hingga kini, operator tur dan warga menutup toko-toko sebagai bentuk protes dan memblokade jalur kereta wisata. Sejak protes dimulai, wisatawan harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer menuju pintu masuk.

Aksi protes terus berlangsung meski malam tiba. Polisi membubarkan kelompok pengunjuk rasa dengan menggunakan gas air mata. Menurut laporan AFP, pihak berwenang belum melaporkan adanya penangkapan.

September lalu, Peru menutup sementara tiga sektor Machu Picchu akibat padatnya turis di lokasi tersebut. Setelah pandemi ini pun, pariwisata Peru masih belum pulih.



Simak Video "Video: Dua Situs Indonesia Ditetapkan Sebagai Geopark Global UNESCO"

(bnl/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork