Pada masyarakat Kerinci tradisi Idulfitri juga hampir sama dengan yang ada di berbagai wilayah Indonesia. Setelah salat Id, warga berkumpul dan makan-makan.
Lebih dari 10 rumah yang bertetangga menawarkan menu yang berbeda-beda. Tradisi silaturahim lengkap dengan berbagai kuliner khas Kerinci seperti lemang, jadah, rendang, dan gulai nangko.
Ritual lainnnya yang masih dipertahankan yaitu ziarah kubur, dengan lantunan zikir, tahlil, dan yasinan untuk mendoakan dan mengenang kembali keluarga yang sudah meninggal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di beberapa desa, terdapat ritual ratib saman, zikir yang dilakukan dalam posisi berdiri di masjid dan taman pemakaman umum. Makna lain dari suasana Idulfitri di Kerinci yaitu berwisata.
Kesempatan untuk berwisata dimanfaatkan selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu selama bulan Syawal. Peningkatan jumlah wisatawan selama lebaran dan pasca lebaran meningkat drastis.
Banyak arus jalan menuju destinasi wisata padat dan macet sehingga membuat kendaraan terhenti dengan jarak berkilo-kilometer. Kawasan Kerinci sebagai ruang alami yang jauh dari hiruk pikuk polusi dan mobilitas perkotaan, menawarkan sesuatu yang berbeda dengan tempat-tempat wisata lain yang ada di beberapa wilayah di Indonesia.
Sumatera Barat, daerah yang berbatasan langsung dengan Kerinci lebih mengandalkan wisata Bahari yaitu kekayaan laut dan perairan. Di Kerinci yang diincar oleh para wisatakan adalah wisata gunung dan agrowisata.
Tentu tidak asing bagi kita jika di sini ada Gunung Kerinci yang merupakan puncak tertinggi di Pulau Sumatera, Danau Gunung Tujuh, kawasan Gunung Raya, dan kawasan perbukitan yang membentang luas di Kerinci.
Selain itu, bagi wisatawan yang ingin menikmati wisata pertualangan bisa mampir ke Danau Kaco yang terletak di Kawasan Gunung Raya, air terjun Talang Kemulun, dan beberapa destinasi yang menyediakan lahan untuk camping seperti Desa Danau Tinggi, Rawa Bento, dan Depati coffe.
Kekayaan agrowisata di Kerinci juga terus dioptimalkan, andalan utama bagi pemanfaatan agrowisata adalah kebun teh yang terletak di Kayu Aro kawasan kaki Gunung Kerinci. Kebun teh ini sejak tahun 1925 sampai tahun 1928 digarap oleh perusahaan Belanda Namlodse Venotchaaf Handle Vereniging Amsterdam.
Pada tahun 1940 mereka memperluas kawasan kebun teh hingga 2.590 Ha. Ekspansi tersebut mencapai titik puncaknya dengan mendirikan pabrik teh pada tahun 1931 dan mulai diproduksi tahun 1932.
Seiring waktu, terutama pasca kemerdekaan kebun teh kayu Aro diambil alih PT. Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI). Teh kayu aro ini merupakan teh kualitas I yang sering diekspor ke mancanegara seperti Inggris, Belanda, dan beberapa negara Eropa lainnya.
Kawasan agrowisata lainnya yang kami kunjungi adalah pemanfaatan pohon pinus yang terletak di kawasan Danau Kerinci, tanaman yang berada di kawasan SMK-PP Kerinci ini sangat diminati masyarakat. Selain pohonnya yang rindang dan tersusun indah juga konsepnya masih natural, di sekelilingnya juga terdapat situs-situs sejarah peninggalan zaman penjajahan.
Selain itu juga ada pusat pertanian warga dan beberapa hewan ternak sapi, kerbau, dan hewan lainnya menambah keasrian kawasan tersebut.
Fenomena berwisata selama lebaran yang terjadi di Kerinci juga menjadi sebuah fenomena pengungkapan diri (self disclosure) lewat media sosial, mulai dari postingan baju lebaran di kawasan wisata, pernak-pernik pakaian lainnya, makanan, kendaraan yang dimiliki juga ikut di-posting di media sosial, hingga kebersamaan dan keakraban dalam keluarga dan relasi pertemanan juga tidak lupa dari sorotan dan unggahan warga Kerinci di media sosial.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!