Praktik Isolasi Jepang yang Sudah Ada Sebelum Pandemi, tapi Lebih Ekstrem

bonauli - detikTravel
Selasa, 15 Mar 2022 10:16 WIB
Ilustrasi hikikomori (Getty Images/iStockphoto/Prompilove)
Tokyo -

Pandemi membuat praktik isolasi jadi hal yang umum. Jauh sebelum pandemi, orang-orang Jepang sudah melakukan isolasi, tapi yang ini ekstrem.

Adalah Hikikomori, sebuah fenomena yang terjadi di kalangan remaja atau orang dewasa yang mengisolasi dirinya dari kehidupan sosial. Menurut penjelasan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang, Hikikomori didefinisikan sebagai orang yang menolak keluar rumah dan mengasingkan diri selama lebih dari enam bulan.

Jauh sebelum pandemi, fenomena Hikikomori sudah ada sejak tahun 1990an. Pada saat itu banyak orang tua yang mengeluhkan anaknya mogok sekolah dan mengurung diri selama berbulan-bulan.

Seorang psikiater bernama Tamaki Saito mengatakan bahwa Hikikomori tidak didasarkan pada masalah psikologis. Orang yang melakukan Hikikomori biasanya adalah mereka yang mendapat tekanan dan malu pada orang-orang sekitar.

Para hikikomori akan menghabiskan waktu dengan mengurung diri di kamar setiap hari. Pemerintah Jepang sendiri mendefinisikan Hikikomori sebagai seseorang yang tidak mau berpartisipasi dalam lingkungan (baik sekolah atau bekerja) dan tidak punya keinginan untuk itu.

Hikikomori juga bisa disebut sebagai seseorang yang tidak memiliki hubungan dekat dan rasa kekeluargaan dengan orang lain. Sehingga mereka memilih mengurung diri di kamar.

Seperti dilansir BBC, Hikikomori biasanya terjadi pada pria muda yang masih berstatus mahasiswa atau lulusan perguruan tinggi. Secara inteligensia sebenarnya mereka di atas rata-rata namun karena satu dan lain hal memilih tidak berinteraksi dengan orang lain, bahkan keluarga, dan menemukan kenyamanan di dalam kamar saja.

Sejumlah pakar hikikomori menyebut bahwa kemungkinan penyebab utama dari perilaku ansos ini adalah lingkungan. Kasus hikikomori pun paling banyak terjadi pada pria muda dari kelas menengah yang rata-rata berstatus sarjana.

Adanya tekanan dari keluarga yang mengharuskan mereka masuk universitas terbaik atau bekerja di perusahaan besar, membuat mereka tak tahan dan memilih untuk Hikikomori.

Gejala ini disebut biasanya berlangsung selama enam bulan. Tapi pada beberapa kasus langka bisa terjadi hingga puluhan tahun. Kementerian Kesehatan dan Ketenagakerjaan melaporkan kemungkinan ada lebih dari satu juta hikikomori, atau sekitar satu persen dari keseluruhan populasi di Jepang.

Saat mengunci diri di kamar biasanya mereka hanya berselancar di internet atau main game. Ada pula yang lebih suka baca komik atau novel. Rata-rata hikikomori adalah pemuda di usia 25 tahun ke atas.

Pandemi membuat fenomena ini semakin terlihat wajar. Hikikomori tak hanya menjadi beban bagi keluarga tapi juga perekonomian negara secara umum. Fenomena ini bukan tidak mungkin akan melahirkan generasi pengangguran yang tidak produktif.

Hikikomori diketahui sudah menyebar di banyak negara seperti Korea Selatan, Hong Kong, Italia, Finlandia, dan Amerika Serikat.



Simak Video "Video Gol Demi Gol Jepang Bikin Indonesia Kocar-kacir"

(bnl/ddn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork