Paus patut mendapatkan predikat sebagai penyelamat bumi. Melawan perubahan iklim, paus juga mampu menenggelamkan emisi karbon dari 40 ribu hingga 410 ribu mobil andai mati di laut dalam.
Paus yang terdampar di pantai dan membusuk dengan raga yang begitu perkasa berubah menjadi onggokan lemak tidak bernyawa di tepi laut bukan sekadar pemandangan menyayat hati. Lebih dari itu.
Kematian paus di tepi pantai sekaligus menggagalkan peluang penyerapan karbon dioksida dalam volume besar. Iya, karbon dioksida, gas pencemar udara yang menghalangi pengikatan oksigen oleh darah dan penyebab efek rumah kaca itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diwartakan BBC, paus, terutama paus balin dan paus sperma, yang masuk daftar makhluk terbesar di bumi mampu menyimpan karbon yang sangat besar.
Ketika paus mati, jasadnya tenggelam ke dasar laut. Semua karbon yang tersimpan di tubuh yang sangat besar itu berpindah dari permukaan air ke laut dalam dan bertahan di sana selama berabad-abad atau lebih.
Dalam studi tahun 2010, para ilmuwan menemukan bahwa sebelum ada industri perburuan paus, populasi paus (tidak termasuk paus sperma) akan menenggelamkan antara 190.000 hingga 1,9 juta ton karbon per tahun ke dasar lautan. Itu setara dengan menghilangkan 40.000-410.000 mobil dari jalan raya setiap tahun.
Tapi ketika bangkai paus tidak tenggelam ke dasar laut karena paus dibunuh maka karbon itu pun dilepaskan ke atmosfer.
Andrew Pershing, ilmuwan kelautan di University of Maine dan penulis studi soal paus, memperkirakan selama abad ke-20, perburuan paus menyebabkan sekitar 70 juta ton karbon dioksida dilepaskan ke atmosfer.
"Memang banyak, dan itu setara dengan karbon dioksida yang dihasilkan 15 juta mobil dalam satu tahun. Saat ini AS memiliki 236 juta mobil," kata dia.
Kotoran Paus dan Fitoplankton yang Lebih Hebat dari Hutan Amazon
Tapi, paus tidak hanya berharga setelah mati. Tumpukan kotoran yang dihasilkan mamalia ini juga sangat berguna.
Paus mencari makan di laut dalam, lalu kembali ke permukaan untuk bernapas dan buang air. Kotorannya yang kaya zat besi sangat cocok untuk pertumbuhan fitoplankton.
Fitoplankton mungkin berukuran mikroskopis, tetapi jika digabungkan, fitoplankton memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap atmosfer planet.
Mereka menangkap sekitar 40 persen dari semua karbondioksida atau empat kali lipat jumlah yang ditangkap oleh hutan hujan Amazon.
"Kita perlu menganggap perburuan paus sebagai tragedi yang menghilangkan pompa biologis yang sangat besar dari laut. Keberadaan paus seharusnya bisa melipatgandakan produktivitas fitoplankton dan kemampuan laut untuk menyerap karbon," kata Vicki James, manajer kebijakan di Whale and Dolphin Conservation (WDC).
Hilangnya paus dari lautan juga memiliki dampak yang tidak terduga. Misalnya, saat populasi paus menurun, paus pembunuh (orca) yang biasa berburu paus beralih ke mamalia laut yang lebih kecil seperti berang-berang laut.
Populasi berang-berang kemudian menurun, menyebabkan penyebaran bulu babi, yang menggerogoti hutan rumput laut di sekitar Atlantik Utara. Dampaknya adalah pada penyerapan karbon laut.
Artinya, memulihkan populasi paus sampai pada jumlah sebelum perburuan paus bisa menjadi sangat penting dalam mengatasi perubahan iklim, menyerap karbon baik secara langsung maupun tidak langsung, dan dengan demikian membantu mengurangi volume besar CO2 yang dipancarkan oleh bahan bakar fosil setiap tahunnya.
Baca juga: Buaya Bertelur di Lahan Sawit Sumbar |
Ada berbagai usulan untuk mencapai pengurangan ini, termasuk penanaman pohon dan merangsang pertumbuhan fitoplankton dengan menambahkan zat besi ke laut, yang dikenal sebagai pemupukan besi.
Tetapi penanaman pohon membutuhkan sumber daya yang langka, yakni lahan terestrial, yang mungkin telah digunakan sebagai habitat atau lahan pertanian berharga lainnya.
"Bangkai paus menyediakan habitat unik bagi spesies-spesies di laut dalam. Banyak di antaranya hanya ditemukan di bangkai paus. Penelitian menunjukkan bahwa satu kerangka paus dapat menyediakan makanan dan habitat untuk 200-an spesies selama tahap akhir pembusukan," kata James dari WDC.
Selanjutnya Paus Mencegah Pemanasan Global
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol