Arkeolog dibuat terkejut dengan sebuah struktur kayu yang terendam di hulu air terjun Zambia. Kayu itu ditaksir berusia hampir setenga juta tahun.
Dilansir dari CNN pada Kamis (21/9), Geoff Duller adalah profesor geografi dan ilmu bumi di Universitas Aberystwth di Inggris yang masuk dalam tim penelitian ini.
Struktur kayu ditemukan di sepanjang tepi sungai di Zambia. Dua batang kayu saling bertautan dengan lekukan di bagian atas, agar dapat dipasang pada sudut yang tepat. Menurut sebuah studi baru, ada tanda potongan yang dibuat oleh perkakas batu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duller mengatakan bahwa struktur tersebut ditemukan pada galian hulu Air Terjun Kalambo, dekat perbatasan Zambia dan Tanzania. Air terjun Kalambo adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Wisata alam ini juga disebut-sebut air terjun terbesar di Afrika.
Benda itu kemungkinan besar adalah bagian dari platform kayu yang digunakan sebagai jalan setapak, untuk menjaga makanan atau kayu bakar yang tetap kering, bahkan mungkin sebagai landasan untuk membangun tempat tinggal.
"Fakta bahwa kayu tersebut tetap di tempatnya dan utuh selama setengah juta tahun adalah hal yang luar biasa," ujarnya.
Artefak kayu jarang disimpan dalam catatan arkeologi, terutama di situs kuno. Alasannya, bahan organik mudah membusuk dan hancur. Namun tidak dengan apa yang ditemukan oleh Duller.
"Tingginya permukaan air dan sedimen halus yang membungkus struktur membantu pengawetan kayu tersebut," jelasnya.
Penemuan ini juga menentang pandangan umum tentang manusia Zaman Batu yang diasumsikan hidup secara nomaden.
"Air terjun Kalambo menyediakan sumber air yang berlimpah yang dapat diandalkan dan makanan yang berlimpah bagi hutan di sekitarnya, mungkin ini membuat mereka menetap," ungkapnya.
Artefak kayu paling awal yang pernah ditemukan adalah pecahan papan poles berusia 780.000 tahun yang ditemukan di situs Gesher Benot Ya'aqov Israel. Sedangkan peralatan kayu tertua untuk untuk mencari makan dan berburu di Eropa dan berasal dari sekitar 400.000 tahun lalu.
Struktur kayu tersebut terlalu tua untuk dapat ditentukan penanggalannya secara langsung menggunakan teknik radiokarbon. Sebaliknya, tim menggunakan teknik yang disebut penanggalan pendaran, yang melibatkan pengukuran radioaktivitas alami mineral dalam sedimen halus yang membungkus kayu untuk mengetahui kapan terakhir kali terkenal sinar matahari.
Namun, para peneliti tidak yakin spesie manusia purba mana yang membuat struktur dan peralatan kayu tersebut.
"Kemungkinan besar itu bukan milik manusia," jelasnya.
Dia mengatakan kompleksitas struktur tersebut menunjukkan bahwa orang yang membuatnya memiliki kemampuan kognitif yang canggih dan mampu membuat serta melaksanakan rencana yang rumit. Kemungkinan mereka yang membangun memerlukan penggunaan bahasa.
Selain penemuan struktur tua ini, berikut 10 berita terpopuler detikTravel lainnya:
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol