Erupsi Gunung Marapi menyita perhatian dunia. Destinasi itu telah menelan 23 korban jiwa dalam laporan sementara dan dianggap sebagai gunung yang mematikan.
Dilansir dari BBC, Rabu (6/12/2023), Gunung Marapi memuntahkan awan abu setinggi 3 km ke udara pada Minggu (3/12). Abu vulkanik itu meredupkan langit dan menyelimuti desa-desa di sekitarnya dengan abu vulkanik.
Dilaporkan terdapat 75 pendaki saat terjadi erupsi itu. Pada Selasa (5/12), sebagian besar berhasil dievakuasi dengan selamat, dengan 23 di antaranya meninggal dunia.
Pencarian korban di gunung, yang merupakan salah satu gunung berapi paling aktif dari 127 gunung berapi di Indonesia itu, dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri lebih dari 300 orang. Pencarian korban menghadapi sejumlah kendala, cuaca buruk, erupsi susulan yang masih terjadi, hingga jalur evakuasi tertutup abu vulkanik.
Banyaknya jumlah korban itu dikarenakan erupsi besar yang tiba-tiba. Dalam situs resmi esdm disebutkan erupsi Gunung Marapi pada 3 Desember 2023 itu tidak didahului oleh peningkatan gempa vulkanik yang signifikan. Tercatat Gempa Vulkanik-Dalam (VA) hanya terekam tiga kali antara tanggal 16 November 2023 - 2 Desember 2023.
Kemudian, deformasi (Tiltmeter) yang berada di stasiun puncak menunjukkan pola mendatar pada sumbu radial dan sedikit inflasi pada sumbu tangensial. Itu menunjukkan proses erupsi berlangsung cepat dan pusat tekanan hanya berada pada kedalaman dangkal (sekitar puncak).
Ya, disebutkan Gunung Marapi merupakan jenis gunung dengan tipe erupsi freatik. Erupsi freatik merupakan erupsi yang terjadi ketika magma memanaskan air tanah atau air permukaan (kawah). Temperatur magma yang ekstrem menyebabkan penguapan air yang hampir seketika menjadi uap. Hasil dari pemanasan tersebut menyebabkan ledakan.
Letusan freatik ini secara garis besarnya bisa mengeluarkan uap, air, debu hingga batu-batuan dan vulkanik.
Selain itu, ditengarai mengabaikan peringatan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang menyatakan Gunung Marapi dalam status waspada sejak 2011, yang artinya warga atau pendaki dilarang mendekati puncak hingga radius 3 km.
PVBMG mengingatkan status Gunung Marapi itu setiap dua pekan dan dikirimkan kepada bupati dan gubernur. Peringatan kepada pendaki dan warga untuk tidak mendekati puncak sudah ada. Yakni, berupa papan peringatan.
Dikutip dari detikSumut, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar juga menyebut telah menyosialisasikan status itu kepada Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI). Selain itu, BKSDA memiliki SOP dalam pendakian gunung.
"Kami memiliki SOP dalam pendakian. Misal dalam mendaki minimal jumlah pendaki tiga orang. Selain itu, dalam SOP itu menjelaskan pada siang hari semua pendaki tidak boleh mendekati kawah Gunung Marapi," kata Dian dalam keterangan tertulisnya, Selasa (5/12/2023).
Ruslan Budiarto, pengurus pusat Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), yang dihubungi secara terpisah, mengatakan banyaknya korban juga dipengaruhi oleh erupsi yang terjadi pada akhir pekan. Di saat itu, jumlah pendaki lebih banyak ketimbang hari biasa.
"Letusan kali ini kebetulan bertepatan dengan hari libur atau weekend dan banyak kunjungan. Apa lagi terdapat banyak pendaki yang tidak melakukan registrasi di Pos Pendakian," kata Ruslan.
Bahkan, warga pun tidak menyangka terjadi letusan besar di GunungMarapi pada hari Minggu itu. Ketua Forum Tri Arga (Gunung Marapi, Gunung Singgalang, dan Gunung Tandikat) Doles menyebut bahwa tidak ada tanda mencolok saat gunung itu erupsi. Saat itu, hanya ada suara gemuruh yang menyerupai tanda akan hujan.
"Kejadiannnya nggak ada tanda-tandanya. Langsung aja gemuruh kayak geluduk. Masyarakat menyangkanya itu kayak geluduk biasa aja kayak mau hujan," kata Doles.
Banyaknya korban jiwa akibat erupsi Gunung Marapi itu sampai disorot dunia. Sejumlah media asing memberitakan letusan gunung itu dan intens memberitakan informasi terkini dari kaki gunung. CNN, AFP, BBC adalah sedikit dari media asing yang melaporkan erupsi Gunung Marapi.
Gunung Marapi, jalur berbahaya jika tanpa pemandu
Wartawan BBC Frank Gardner mengungkapkan betapa jalur pendakian Gunung Marapi merupakan jalur yang tidak ramah. Padahal, saat itu dia mendaki Gunung Marapi yang sedang tidak erupsi.
Dia mengisahkan pengalaman itu sebagai orang pertama.
Berikut pengalamannya:
Gunung Marapi di Sumatra masih sepi ketika saya mendakinya sebagai mahasiswa pada tahun 1980-an.
Dengan bodohnya, saya dan seorang teman kuliah menolak tawaran pemandu dari desa terakhir di lereng gunung dan mendaki sendirian melalui jalan setapak yang sempit melewati hutan.
Lintah-lintah itu segera menyergap kami, merayap ke kaus kaki dan kaki kami. Kami muncul di ketinggian sekitar 2.500 mdpl dan menemukan sebuah dunia pepohonan yang menghitam dan bengkok, hangus akibat letusan baru-baru ini.
Awan gas belerang berputar-putar di sekitar kawah dan celah-celah terbuka di bebatuan yang hanya berjarak beberapa meter dari sana, memperlihatkan lelehan batuan di bawahnya.
Baru pada saat itulah kami menyadari betapa berbahayanya gunung berapi ini. Namun saat itu hari sudah mulai gelap, hujan yang sangat dingin turun dan kami tidak dapat menemukan jalan untuk turun melalui hutan.
Keadaan itu membuat kami harus berputar-putar di antara dedaunan selama berjam-jam. Kami sangat menyesal karena tidak membawa pemandu.
Gunung Marapi terletak di Sumatra, pulau paling barat dan terbesar ketiga dari 18.000 pulau di Indonesia. Tingginya mencapai 2.891 mdpl.
Simak Video "Video: Momen Gunung Marapi Erupsi Lontarkan Abu Setinggi 1,1 Km"
(msl/fem)