Nama Canggu akhir-akhir ini dikenal sebagai kawasan pesta malam di Bali. Party sampai pagi, apa kabar Atlas Beach Fest Bali?
Sebuah petisi dilayangkan oleh P Dian dalam situs Change.org. Petisi yang berjudul 'Basmi Polusi Suara di Canggu' ini berisi kegundahan hati warga Canggu yang risau karena banyaknya beach club.
"Supaya Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu ketahui, di area Canggu, hampir setiap malam dalam seminggu, setiap minggu, setiap bulan, sebelum maupun kini setelah pandemi, TIDAK DIMUNGKINKAN manusia beristirahat tidur di malam hari, di jam-jam normal seperti di atas jam 10. Suara menggelegar dari bar-bar terbuka baik di Batu Bolong maupun di Brawa, bersebelahan dengan pura-pura suci Bali, sebegitu kerasnya sehingga membuat kaca-kaca jendela dan pintu bergetar. Lebih parah daripada gempa bumi. Dan gangguan suara ini, berlangsung hampir setiap malam, hingga jam 1, jam 2, jam 3, bahkan kadang jam 4 pagi." tulis petisi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah 6.728 orang yang menandatangani petisi ini. Kolom komentar pun ramai oleh netizen yang setuju bahwa Canggu sudah berubah.
Dari sekian banyak komentar, tak sedikit yang menyorot keberadaan Atlas Beach Fest. Beach club ini sendiri dibangun dengan identitas sebagai yang terbesar di dunia.
"Saya mendengar musik yang sangat keras dan jelas dari Atlas melewati pantai sampai ke rumah saya. Tolong perhatian nyawa Bali dan Leluhur yang kasih kita hidupan ini. Bali sangat spesial. Yang membuat bali indah bikin orang Cinta sama Bali adalah orang-orang local yang selalu baik hati, perduli dengan cinta sama agama hindu, membikin budaya yang luar biasa, dan semi bule merasa ini. Tolong jangan kasih tempat seperti Atlas, dan klub-klub semacam ini merusakan apa kita cinta dengan Bali. Tolong mendengar kita yang bicara, untuk melestarikan keindahan yang membuat bali begitu indah," tulis Wayan.
"Atlas sangat agresif dan toksik. Level suara musiknya tidak bisa diterima dan terus berlanjut hingga lewat tengah malam. Ini tidak baik bagi penduduk setempat dan bikin wilayah Berawa sebagai tempat turis yang suka party. Ini sangat tidak baik bagi keberlanjutan komunitas dan bisnis di sekelilingnya," tulis Sara yang adalah seorang WNA.
"Beach club ini bikin macet, tidak memperlihatkan keindahan Bali dan budayanya. Saya masih ingat mereka bikin nama minuman Muhammad dan Maria dengan mengganti nama beach club dari Holy Wings menjadi Atlas. Kami tidak lupa dan tidak memaafkan," tulis netizen dengan nama akun Eldy.
"Saya pernah memesan kamar di salah satu hotel yang berhadapan dengan beach club ini. Saya check out besok harinya karena musik terdengar sampai jam 3 pagi," tulis Samuel.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol