Fenomena kutang dan celana dalam berserakan di Gunung Sanggabuana menjadi artikel yang sering dibaca beberapa hari ini. Fenomena ini terkait mitos di sana.
Fenomena tersebut rupanya sudah sering terjadi. Pasalnya, pengunjung memang sengaja membuang kutang dan celana dalam sebagai bagian dari ritual buang sial saat bulan Maulud.
"Buang celana dalam itu memang sudah menjadi ritual yang dilakukan oleh peziarah saat bulan Mulud (Maulid) pengunjung atau pendatang kalau selesai dari Pegunungan Sanggabuana, katanya membuang sial," kata warga Desa Mekarbuana, Karawang yang bernama Solihin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari mitos yang beredar, pengunjung yang datang ke kawasan Gunung Sanggabuana harus mencari sumber mata air yang bernama "Pancuran Emas" dan wajib mandi di pancuran tersebut. Setelah mandi, semua yang melekat dibadannya harus dibuang.
"Jadi memang mitos ini sudah beredar luas di masyarakat, dan mereka meyakini bisa menghilangkan kesialan dalam hidupnya," katanya.
Dijelaskannya, kebanyakan peziarah, pengunjung atau pendatang berasal dari luar Karawang. Karena aksi itu, pakaian dalam yang dibuang dan dikumpulkan mencapai berkarung-karung.
"Kalau kayak sekarang itu bulan Mulud pasti banyak celana dalam berserakan di Gunung Sanggabuana, bahkan sampaI berkarung-karung kalau dikumpulkan," tandasnya.
Sementara itu, Wildlife Photograpy Bernard T Wahyu yang juga Ketua Tim Ekspedisi Fauna Pegunungan Sanggabuana membenarkan mitos yang beredar di masyarakat soal mandi di "Pancuran Emas" bisa membuang sial.
"Di Gunung Sanggabuana memang terdapat beberapa makom (petilasan) beberapa mata air, atau pancuran dan di situ terkenal mitosnya yakni setelah mandi diyakini bisa membuang sial dengan cara harus membuang pakaian dalamnya," katanya.
Tarif buang kutang dan celana dalam di Gunung Sanggabuana
Ritual buang pakaian di Gunung Sanggabuana diyakini dapat membuang sial. Ternyata kegiatan itu dikenakan tarif hingga ratusan ribu rupiah.
Bernard mengatakan selama penjelajahan di Gunung Sanggabuana, tim menemukan ada 4 mata air yang dipakai untuk ritual, yakni Pancuran Mas, Pancuran Kejayaan, Pancuran Kahuripan, dan Pancuran Sumur Tujuh.
Sedangkan makamnya ada 14, beberapa diberi nama Makam Eyang Haji Ganda Mandir, Taji Malela, Kyai Bagasworo, Ibu Ratu Galuh, Eyang Abdul Kasep, Eyang Sapujagat, Eyang Langlang Buana, Eyang Jagapati, dan Eyang Cakrabuana.
"Dari 4 mata air dan 14 makam itu dipakai ritual buang sial. Bahkan setiap ritual dikenakan tarif perorang yang dipandu kuncen itu sekitar Rp 250 ribu, buat memandu ritual dan ubo rampenya. Ada juga yang gratis tapi hanya sekedar mandi di pancuran lalu buang celana dalam dan pakaian doang lalu balik," kata Bernard.
Berikut 10 berita terpopuler detikTravel, Kamis (28/7/2022):
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025